Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi dianggap masih menjadi musuh utama kelompok
teroris di Indonesia. Sebagian besar penyebabnya diduga sebagai aksi balas dendam pelaku teror karena sejumlah rekan mereka tewas saat hendak ditangkap.
Menurut pakar terorisme Sidney Jones motif itu sangat kuat melatari sejumlah aksi penyerangan terhadap polisi.
"Polisi dalam operasi penangkapan di beberapa kasus membunuh teroris, ada elemen balas dendam yang cukup kuat di situ," kata Sidney dalam diskusi di Bengkel Diplomasi, Jakarta, Kamis (12/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu Sidney mengatakan dengan menghabisi polisi maka kemudian mereka bisa merebut senjatanya. Itu bisa menjadi nilai tambah dan modal mereka buat digunakan dalam serangan di kemudian hari.
"Polisi punya senjata, mereka (teroris) mengejar polisi sebagai target karena ada kesempatan untuk mendapatkan akses senjata mereka," kata Sidney.
Dalam kurun dua tahun terakhir tercatat ada sejumlah serangan teror dengan sasaran polisi. Pada Juni 2017 lalu terjadi penyerangan di pos jaga Kepolisian Daerah Sumatera Utara, oleh Ardia Ramadhana (AR). Bahkan saat itu Ardia disebut hendak membakar pos polisi di sana.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut polisi menjadi sasaran teror sejumlah kelompok teroris karena dianggap mendukung sistem di luar hukum Islam. Maka dari itu mereka dianggap kafir oleh anggota kelompok radikal.
"Polisi dianggap sebagai kafir yang menyerang mereka. Jadi harus diprioritaskan," ujar Tito pada Juni tahun lalu di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Dua tahun lalu juga terjadi penyerangan terhadap tiga anggota kepolisan di Jalan Perintis Kemerdekaan, Cikokol, Tangerang. Pelaku berinisial SA diduga tergabung dalam kelompok Daulah Islamiah di Ciamis, Jawa Barat.
(ayp/pmg)