Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Charles Honoris menilai kenaikan elektabilitas Presiden Joko Widodo dalam survei terakhir Litbang Kompas menunjukan hal positif.
Ia menyebutkan itu menunjukkan keinginan publik untuk kembali dipimpin Jokowi. Menurutnya survei itu juga memperlihatkan kepuasan masyarakat atas kinerja pemerintah.
"Data survei Litbang Kompas ini menjadi fakta dan bukti bahwa sebenarnya siapa yang sedang berkampanye dengan pencitraan dan siapa yang sedang bekerja untuk rakyat. Masyarakat sudah cerdas dan bisa menilai," kata Charles di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (23/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, kata Charles, mereka yang menuduh Jokowi sedang melakukan pencitraan itu sebetulnya tidak benar. Sebab, masyarakat dinilai sudah bisa membedakan siapa yang hanya sekedar membangun isu dan pencitraan maupun yang melakukan kerja untuk masyarakat luas.
"Nyatanya hasil survei terhadap Jokowi terus naik. Ini membuktikan kalau Jokowi semakin dicintai oleh rakyat karena kerjanya, dan hasilnya bisa dirasakan sampai wilayah terpencil di Indonesia," kata dia.
Anggota Komisi I DPR ini menilai tren kenaikan elektabilitas Jokowi akan terus terjadi. Sebaliknya, penantang Jokowi diprediksi akan terus menurun.
Senada, Ketua PDIP Andreas Hugo Parreira mengatakan hasil survei tersebut tidak mengejutkan. Sebab, tokoh penantang Jokowi yang berasal dari luar pemerintahan tidak memainkan perannya dengan baik.
"Cenderung 'menyeruduk' menyerang pemerintah secara membabi buta tanpa argumentasi yang jelas. Sehingga hasil ini paling tidak refleksi aspirasi masyarakat sementara ini," kata Andreas dalam pesan singkatnya.
Ia mengatakan andai situasi ini tetap berjalan, maka elektabilitas Jokowi diprediksi akan terus meningkat melampaui 60 persen pada Pilpres 2019.
Namun, Andreas meminta untuk mewaspadai rumor atau slogan-slogan kampanye hitam yang diarahkan pada mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Maraknya politik identitas dan populisme sebagai jalan pintas menyediakan panggung bagi 'kompetitor' Jokowi dalam pemilihan Presiden. Situasi ini yang kita hadapi dalam peta politik nasional saat ini adalah Jokowi sedang 'shadow boxing' menghadapi politik identitas dan populisme," kata dia.
Dalam beberapa survei dari lembaga survei nasional dapat diketahui elektabilitas Jokowi yang terus naik dibandingkan dengan elektabilitas lawan-lawan politiknya, khususnya Prabowo.
Survei Cyrus Network misalnya menunjukkan elektabilitas Jokowi 58,5 persen sementara Prabowo hanya 21,8 persen. Survei Populi Center, Februari, menyebut elektabilitas Jokowi mencapai 64,3 persen, sementara Prabowo sebesar 25,3 persen.
Selain itu, survei Litbang Kompas, pada 21 Maret-1 April, menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi mencapai 55,9 persen, atau naik signifikan dibanding Oktober 2017 yang mencapai 46,3 persen. Sedangkan, elektabilitas Prabowo Subianto mencapai 14,1 persen, turun dari hasil survei enam bulan lalu yang mencapai 18,2 persen.
(kid)