Jakarta, CNN Indonesia -- Gelaran
debat pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Tengah 2018 putaran kedua yang dilaksanakan Kamis (3/5) malam disebut membosankan. Dua paslon hanya sibuk saling serang dan tak menjawab persoalan utama masyarakat Jateng.
Pengamat politik dari Universitas Diponegoro Teguh Yuwono menilai debat yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu hanya digunakan kedua paslon untuk saling 'menyalahkan'.
"Padahal levelnya debat Gubernur, tapi masih debat kusir mirip debat tingkat RT/RW," kata Teguh saat dihubungi
CNNIndonesia.com melalui telepon, Kamis (4/5) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para kandidat, lanjutnya, tak bisa menjawab maupun mengeksplorasi isu-isu yang terjadi di Jawa Tengah dan meresponsnya dengan program yang pas. Mereka lebih sibuk memaparkan data tanpa tawaran solusi.
Misalnya, soal ketimpangan dan kemiskinan yang sempat ditampilkan dalam video saat debat, atau tentang masalah semen Kendeng.
"Mereka hanya bilang ini ada sekian yang miskin dari data ini. Tapi hanya sebatas itu. Tak mereka jelaskan bagaimana mengurus dan mengatasi kemiskinan yang terjadi. Program yang mereka jabarkan itu tidak ada sampai sana," jelas Teguh.
Teguh mencontohkannya dengan cagub Sudirman Said yang sibuk mengatakan kinerja cagub Ganjar Pranowo buruk selama memimpin Jateng pada 2013-2018. Namun, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu tidak menawarkan solusinya.
"Sementara Ganjar, dia sibuk menunjukkan capaiannya, memperlihatkan data-data statistik peningkatan Jawa Tengah di bawah kepemimpinannya, tapi sekali lagi dia tak menggubris apa lagi yang akan dia lakukan, inovasi apa lagi yang bisa ditawarkan kepada masyarakatnya. Intinya debat ini membosankan," cetusnya.
Senada, Peneliti dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati mengatakan perbedaan debat Pilkada Jateng kali ini dengan yang pertama hanya dari segi komunikasi politik keduanya.
Selebihnya tak ada yang berubah. Masih tetap membosankan, kata Wasis.
"Jujur tak banyak berubah, masih sama seperti debat perdana. Masih membosankan, hanya sedikit terbantu dari gaya komunikasi yang lebih elegan dari Ganjar dan sedikit serangan dari Sudirman," kata pria yang karib disapa Wasis ini.
Tema yang hendak diangkat KPU pada debat kali ini adalah ekonomi dan kebijakan publik. Sayangnya, kata dia, pembahasannya tak ada yang benar-benar menyentuh masalah konkret di Jawa Tengah.
"Kalau hanya bilang ini ada data sekian angka sekian, warga begini. Itu bukan debat tingkat Gubernur itu hanya pamer," cetus Wasis.
Menurutnya, debat setingkat Gubernur mestinya memiliki pembahasan masalah dan eksplorasi mendalam untuk kemudian menawarkan solusi cerdas. Rangkaian itu harusnya menunjukkan kelayakanan para calon untuk memimpin daerahnya.
 Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menjadi saksi dalam sidang lanjutan perkara korupsi e-KTP dengan terdakwa Setya Novanto di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (8/2). ( CNN Indonesia/Safir Makki) |
"Jadi selama dua jam kita hanya mendengarkan dua orang yang saling menyalahkan dan sibuk memberikan pembelaan demi diri mereka sendiri. Saya rasa masyarakat cukup cerdas. Masalahnya saya tak paham siapa yang membuat debat ini jadi sedemikian membosankan," katanya.
Saling SerangTeguh menambahkan bahwa debat selama dua jam itu sedikit terbantu dengan lemparan 'smash' dari kedua pihak. Namun, tak ada pemenang. Misalnya, pernyataan Sudirman soal kasus korupsi proyek e-KTP. Hal itu kemudian dibalas Ganjar dengan 'smash' terhadap rekam jejak Sudirman saat menjabat menteri.
"Seperti tadi misalnya Sudirman mulai berani membahas korupsi, permasalahan KTP elektronik lebih spesifik, dia jadikan itu pola serangan, dan bolanya diterima Ganjar. Mereka saling lempar
smash itu istilahnya," katanya.
Selain itu, lanjut Teguh, kedua pasangan menunjukkan perbaikan dibanding debat putaran pertama dalam hal komunikasi politik. Menurutnya, Ganjar tak lagi bertingkah arogan, dan Sudirman sudah lebih percaya diri melemparkan serangan-serangan.
"Saya kira mereka akan belajar dari kesalahan sebelumnya di debat pertama, tapi ternyata sama saja. Yang berbeda mungkin Ganjar lebih kalem," katanya.
Ganjar sebagai petahana sempat dihantam kontroversi pembangunan pabrik semen di Kendeng, Jateng. Selain itu, ia beberapa kali dipanggil sebagai saksi kasus e-KTP dan disebut sempat menerima suap dalam proyek itu meski selalu dibantah dan belum terbukti.
Sementara, Sudirman diusung Partai Gerindra yang gencar menyuarakan dukungan terhadap pembangunan pabrik semen di Kendeng.
Salahkan AmplopKetua KPU Jawa Tengah Joko Purnomo sebagai penyelenggara kegiatan debat ini mengaku telah mempersiapkan materi masalah di Jateng, hingga pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk kedua paslon. Termasuk, permasalahan semen di Kendeng.
"[Soal semen Kendeng] itu ada di pertanyaan, di amplop, tapi mungkin entah bagaimana selalu tak terpilih oleh paslon," dalihnya.
 Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto (tengah) bersama Gubernur DKI Anies Baswedan (kiri) dan calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said (kanan) di Jakarta, 2017. ( CNN Indonesia/Abi Sarwanto) |
Lagi pula, kata Joko, semua materi debat yang disiapkan oleh tim perumus dari berbagai bidang itu sudah melalui berbagai tahapan. Menurutnya, sangat tidak mungkin ada masalah yang luput ditanyakan oleh mereka.
"Kecuali memang para paslon ini kebetulan tak menyentuh amplop pertanyaan itu," ucap dia.
Namun begitu, pihaknya tak memungkiri jika masih banyak masalah yang belum tergarap di dua kali gelaran debat itu.
Ia menyebut durasi debat yang pendek menjadi salah satu penyebab kedua paslon belum mendalami semua masalah dan menawarkan solusi konkret.
"Tapi bagaimapun ini akan menjadi pembelajaran untuk kami, ke depan dalam debat ketiga kami akan buat lebih menarik sehingga apa yang ditunggu masyarakat bisa terjawab dari debat ketiga nanti," kata Joko.
(arh/wis)