Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak semua narapidana kasus terorisme di rumah tahanan
Mako Brimob mendukung aksi kerusuhan 36 jam yang menewaskan lima anggota kepolisian, demikian dinyatakan mantan terpidana kasus terorisme
Abu Tholut, yang juga mantan Panglima Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI).
Dia mengatakan napi teroris di Rutan Mako Brimob tidak hanya dari satu kelompok, tapi beberapa sel yang selama ini berjuang sendiri-sendiri tanpa kordinasi.
"Saya yakin tidak semua yang di sana itu mendukung kerusuhan penyerangan aparat beberapa hari lalu. Yang angkatan sekarang itu sel-nya terpecah dan berjuang sendiri-sendiri tanpa kordinasi", ujar Tholut.
Tholut menambahkan bila pola "perang" yang dilakukan pelaku teroris saat inipun jauh berbeda dengan yang diterapkan oleh jaringannya beberapa tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dulu obyek kita kan simbol Yahudi atau Amerika, dan titiknya yang sangat ramai, sehingga satu aksi bisa membawa banyak korban. Tapi kalau yang sekarang ini, mereka tidak fokus dan lebih menyasar simbol aparat yakni Polisi karena dianggap sebagai thogut", ujar Abu Tholut secara khusus kepada CNN Indonesia.
Tholut berpendapat penyerangan Rutan Mako Brimob disertai dengan pembunuhan anggota Polri dilakukan napi teroris yang terafiliasi kelompok ISIS.
Sementara itu, tak semua napiter di Rutan Mako Brimob terafiliasi ISIS, sehingga kelompok inilah yang diyakini tidak mendukung adanya penyerangan.
"Kalau melihat pola serangan sampai membunuh aparat, itu pastinya yang terafiliasi ISIS. Padahal, tidak semua yang di dalam sana itu napi teroris aliran ISIS. Sehingga saya pastikan tidak semua setuju dengan penyerangan sampai pembunuhan," tambah Tholut yang pernah mendekam di Rutan Mako Brimob pada 2010-2012 sebagai napi teroris.
Pernyataan Abu Tholut inipun senada dengan langkah operasi penanggulangan teroris di Mako Brimob.
Polisi meminta para tahanan dan napi teroris menyerahkan diri hingga Kamis (10/5) dini hari, dengan ultimatum akan diserbu aparat kepolisian.
Saat itu Polisi menyiapkan 800 hingga 1000 personel untuk mengepung 155 teroris yang ada menguasai tiga dari enam blok di Rutan Mako Brimob.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan bila pihaknya tidak melakukan penyerbuan langsung karena menimbang tidak semua tahanan setuju dengan aksi serangan Selasa malam.
(vws)