Ismail Yusanto Sesali Ada Pembatalan Penceramah Ramadan

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Jumat, 18 Mei 2018 19:45 WIB
Tokoh HTI, Ismail Yusanto, khawatir timbul keresahan di tengah masyarakat lewat provokasi pembatalan ustaz pengisi tausiyah ramadan di sejumlah tempat.
Tokoh HTI, Ismail Yusanto, khawatir timbul keresahan di tengah masyarakat lewat provokasi pembatalan ustaz pengisi tausiah ramadan di sejumlah tempat. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ismail Yusanto, sempat menjadi pembicara dalam satu dari tiga kajian Islam di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) selama Ramadan ini. Namun, setelah poster yang memuat nama Ismail itu tersebar dan viral, dia pun disebutkan dicoret dari daftar.

Sebelumnya, Ismail disebutkan akan mengisi pada sesi kajian Samudra, 12 Juni 2018, sebagai penceramah di Masjid Kampus UGM selama Ramadan 1439 hijriah/2018 masehi.

Saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Ismail Yusanto mengaku dirinya belum mendapatkan kabar soal pencoretan itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya belum dikasih tahu," ujar Ismail saat dihubungi, Jumat (18/5) petang.

"Saya memang diminta untuk kajian buka bersama di sana, dan itu biasa. hampir setiap tahun. Saya ini alumni UGM, alumni Jama'ah Shalahuddin, saya pernah jadi panitia Ramadan di sana, pernah jadi ketua [panitia]-nya juga. Jadi ada apa masalahnya," sambung Ismail.

Jama'ah Shalahuddin adalah UKM Kerohanian Islam dan Lembaga Dakwah di Kampus UGM. Sementara itu, kajian Samudra adalah sesi tausiyah menjelang waktu berbuka puasa.

"Saya diminta bicara tentang pendidikan," kata Ismail soal undangan kepada dirinya menjadi pembicara.

Menurutnya itu tak apa-apa, karena dia memiliki kapabilitas salah satunya sebagai pengelola lembaga pendidikan Islam. Dia pun menyayangkan jika kemudian namanya dicoret karena tekanan-tekanan tertentu. Ismail meminta pihak yang meminta namanya dihapus setidaknya untuk mengklarifikasi alasan kepada dirinya.

Ismail pun menyayangkan pembatalan sejumlah penceramah, termasuk dirinya dengan dugaan radikalisme. Sebaliknya, ia melihat itu dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menimbulkan keresahan.

"Ada pihak-pihak yang justru menimbulkan keresahan di tengah masyarakat dengan cara provokasi seperti itu, yang aslinya tenang-tenang saja tapi ada provokasi dengan kebencian, menuduh ustaz radikal, dan lain-lain," kata dia.

Ismail pun meminta agar menteri agama mengklarifikasi soal dugaan pelarangan ustaz tersebut dengan jelas kepada masyarakat. Ia pun berharap persoalan ini tidak diperkeruh sehingga masyarakat seolah diadu.


Sementara itu, dikutip dari Detik.com, baik dari pihak kampus UGM, takmir masjid, dan Jama'ah Shalahahudin mengklarifikasi hal tersebut. Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM, Iva Aryani, membenarkan pencoretan itu atas dasar evaluasi pimpinan kampus. Hasilnya, nama Ismail dan beberapa nama penceramah lainnya dicoret.

Soal alasan pencoretan beberapa nama itu, Iva menyatakan pihak kampus tak ingin kecolongan dan ingin semua penceramah di Masjid Kampus memberikan tausiyah yang menyejukkan, bukan justru membelah umat.

"Prinsipnya UGM akan menjaga, agar siapa pun yang nanti akan berbicara di lingkungan kampus itu adalah orang-orang yang bisa memberikan kesejukan, memberi kedamaian, memberikan nilai-nilai positif bagi seluruh masyarakat," ucapnya, Jumat (18/5).

Sementara itu, Takmir Muda Masjid Kampus UGM Yogyakarta, Mukhtar, menyatakan para pengisi kajian Samudra tak diurus oleh pihaknya, melainkan Jama'ah Shalahuddin.

"Itu bukan dari takmir (Masjid Kampus UGM) yang menggelar. Kalau untuk menjelang buka puasa bersama [kajian Samudra] itu adik-adik jamaah Shalahuddin yang meng-handle," ujar Mukhtar.

Sekretaris Umum Jama'ah Shalahuddin, Ahmad Fauzan, mengatakan pihaknya memasukkan Ismail ke dalam daftar penceramah karena yang bersangkutan merupakan alumni UGM juga UKM tersebut.

Diakui Fauzan, saat menyusun para pembicara pihaknya pun mempertimbangkan status penceramah, termasuk Ismail sebagai jubir HTI. Namun di dalam kajian Samudra, pihaknya tidak mengundang Ismail selaku jubir HTI dan tak membicarakan khilafah, melainkan sebagai seorang alumni Jama'ah Shalahuddin.

"Kami mengundang personal, sebagai seorang Pak Ismail Yusanto, sebagai alumni Jama'ah Shalahuddin dan alumni UGM, seperti itu. Kemudian Ini memang tema-tema yang kita angkat ini adalah tema-tema terkait dengan keilmuan," kata Fauzan.

(wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER