Didikan Orang tua Kunci Mencegah Anak Terpapar Radikalisme

JNP | CNN Indonesia
Minggu, 27 Mei 2018 02:47 WIB
Guna menangkal radikalisme, tindakan preventif tak hanya perlu melibatkan pendidikan di sekolah, tetapi juga dari keluarga.
Ilustrasi siswa SMA. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi terorisme di Surabaya yang melibatkan anak-anak mendapat sorotan luas dari masyarakat. Namun sejumlah pihak menganggap benih-benih terorisme termasuk radikalisme dan intoleransi bisa dicegah sejak dini di lingkungan keluarga.

Wakil Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 53 (SMAN 53) Hamdan M. mengatakan tindakan preventif itu tidak hanya melibatkan pihak sekolah, tetapi juga keluarga. Pasalnya, keluarga berfungsi sebagai pendidik pertama bagi anak.

"Kata Rasullullah itu, Ibu adalah sumber pendidikan pertama kali anak. Mendidik dasar-dasar anak itu bukan tugas orang lain tapi harusnya diawali dengan Ibu dan keluarga," ujar Hamdan saat ditemui oleh CNNIndonesia.com di SMAN 53, Jakarta, Sabtu (26/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, pendidikan dasar dari keluarga ini penting sebelum pendidikan sekolah karena berdampak pada karakteristik seorang anak.

"Artinya pembawaan dan tabiat yang dibawa di rumah itu dibawa ke sekolah. Nah rata-rata yang saya temui itu, pendidikan awal di keluarga itu minim karena orang tua sama-sama sibuk," kata Hamdan.

Hamdan melanjutkan kekosongan inilah yang berpotensi membuat anak-anak rentan terhadap ajaran radikal. Oleh karena itu, Hamdan mengatakan Ayah dan Ibu harus menjadi figur yang bisa dijadikan pedoman bagi anak-anak.

"Diserahkan semua ke sekolah, padahal tanggung jawab pendidik itu yang pertama adalah dari keluarga. Yang kedua baru di sekolah," jelas dia.

Menurut Hamdan, pihak sekolah juga pasti telah memberikan ajaran-ajaran yang baik untuk menangkal ajaran radikal. Ia mencontohkan, di SMAN 53 ada kebijakan bahwa sebelum masuk ke materi pelajaran, seluruh guru harus memberikan wejangan kepada anak murid agar terlindung dari ajaran radikal.

Hamdan mengatakan para guru sangat bawel kepada anak murid demi kebaikan mereka.

"Sebagai guru yang merupakan orang tua di sekolah, kami memberikan kebaikan bagi anak anak kita. Jangan sampai kasus terorisme buah dari radikalisme itu terjadi pada anak anak kita," ungkap Hamdan.

Hamdan mengatakan bahwa para guru, khususnya guru Bimbingan Konseling (BK) mengajarkan bahwa seluruh agama itu mengajarkan cinta kasih. Aksi terorisme yang mengatasnamakan agama itu kebanyakan adalah salah tafsir oleh oknum tertentu. Hamdan mengatakan agama Islam tidak mengajarkan untuk menyakiti orang lain.

"Harusnya jangan menjustifikasi, yang seperti itu, kan, oknum. Tapi jangan ajaran agama yang disalahkan. Terorisme terjadi, radikalisme terjadi mengatasnamakan agama itu hanya pemahaman salah tafsir kelompok terhadap ajaran agama," jelas dia.

Hamdan kemudian menanggapi usulan agar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme bekerja sama dengan sekolah untuk menangkal penyebaran radikalisme di Indonesia.

Ia menyambut positif usulan tersebut. Kendati demikian, Hamdan mengatakan usulan ini membutuhkan proses panjang agar bisa sesuai dengan kurikulum yang ada.

"Mungkin nanti harus didiskusikan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan soal usulan ini. Tapi kami menyambut positif usulan ini untuk menangkal penyebaran radikalisme," ujarnya. (agi/wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER