Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Panglima TNI Jenderal (purnawirawan)
Gatot Nurmantyo tertangkap kamera mencium tangan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono saat menghadiri acara buka bersama di kediaman mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Sabtu (2/6) lalu.
Cium tangan itu disebut-sebut menjadi sinyal dari Gatot untuk meminta dukungan maju dalam pemilihan presiden 2019. Beberapa waktu lalu Gatot mengakui belum ada partai politik manapun yang mengusungnya maju sebagai calon presiden.
Meski demikian, kondisi itu tak menyurutkan kepercayaan diri purnawirawan jenderal bintang empat itu demi merebut kursi RI 1.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah parpol yang belum memutuskan dukungan dalam pilpres 2019, diyakini memiliki pertimbangan tersendiri jika harus mengusung Gatot. Hingga saat ini ada tiga parpol yang menduduki kursi parlemen belum menentukan sikap untuk pilpres 2019, yakni Demokrat, PAN, dan PKB.
Pengamat politik Universitas Padjajaran Firman Manan menilai banyak risiko jika parpol 'nekat' mengusung Gatot dalam pilpres 2019. Salah satu alasan adalah elektabilitas atau tingkat keterpilihan Gatot jika maju sebagai capres.
Sejumlah hasil survei menyebutkan elektabilitas Gatot masih jauh di bawah Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Bahkan nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Komandan Komando Satuan Tugas Bersama Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masih lebih unggul ketimbang Gatot.
"Tentu itu juga jadi pertimbangan partai-partai untuk mengusung Pak Gatot," ujar Firman.
Jika memang ingin mengusung Gatot, lanjut Firman, maka Demokrat harus membentuk poros ketiga bersama PAN dan PKB. Namun ia memprediksi kecil kemungkinan poros ketiga itu terbentuk. Masing-masing parpol punya kalkulasi untung rugi untuk mengusung Gatot.
"Itu masih dihitung-hitung oleh partai, lebih menguntungkan gabung di koalisi atau poros alternatif. Kalau ketiga parpol ditawari insentif yang menarik, misal jabatan menteri, ya selesai. Buat apa (bentuk poros ketiga) toh peluang kemenangannya kecil," katanya.
 Gatot Nurmantyo dinilai bukan figur utama untuk diusung sebagai capres. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Dari sisi Partai Demokrat sendiri, menurut Firman, Gatot bukan figur utama untuk diusung sebagai capres. Selama ini, menurutnya, Demokrat masih mendorong AHY sebagai figur utama parpol berlambang mercy itu. Hal ini semakin memperkecil peluang Gatot untuk maju pilpres 2019.
"Sejauh ini Demokrat masih kalkulasi tawarkan AHY ke partai-partai lain. Jadi pasti tetap AHY yang ditawarkan," ucap Firman.
Terlepas dari hal tersebut, Firman tak menampik cium tangan Gatot merupakan bentuk pendekatan pada SBY sebagai ketua umum parpol. Terlebih Demokrat termasuk parpol yang memiliki jumlah suara cukup signifikan.
"Ya, memang ini tahun politik, Pak Gatot sudah menunjukkan hasrat untuk maju. Bagaimana pun dia perlu membangun silaturahmi yang baik, salah satunya pada Demokrat," kata Firman.
Gatot tetap optimistis meski belum ada parpol yang mengusung pada pemilu 2019. Kondisi itu tidak menyurutkan kepercayaan diri Panglima TNI ke-16 itu demi merebut kursi RI 1.
"Pasti ikutlah (pilpres 2019). Saya harus optimis. Saya berserah diri kepada Allah SWT karena yang menentukan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia tahun 2019 adalah Allah SWT," kata Gatot pada Mei lalu.
(pmg/gil)