Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden
Jusuf Kalla (JK) mendorong perguruan tinggi di Indonesia memberikan pengajaran anti radikalisme menyusul penangkapan
terduga teroris di Universitas Riau (
UNRI) beberapa waktu lalu.
"Pemahaman jangan melanggar hukum dan radikal, itu mestinya di kampus-kampus diajarkan. Sekarang kan juga sudah banyak kuliah tentang bela negara," ujar JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (5/6).
JK mengatakan radikalisme sejatinya muncul dari pikiran maupun pengetahuan yang salah. Karena itu untuk mencegahnya perlu dihentikan dengan pikiran dan pengetahuan yang benar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi universitas harus memberikan kepada seluruh mahasiswanya hal-hal yang benar dan sesuai. Kalau pakai dasar agama yang keliru, maka perlu juga ustaz atau dosen untuk mengatasi itu," katanya.
Menurut JK, keberadaan terduga teroris di UNRI itu tak sepenuhnya menjadi kesalahan pihak kampus. Sebab, terduga teroris yang ditangkap ternyata adalah alumnus kampus tersebut. JK menduga terduga teroris itu sengaja memilih tempat di kampus karena merasa aman.
"Ini ternyata alumni 10 tahun yang lalu, memakai universitas karena aman dikira laboratorium percobaan padahal bikin bom. Dia hanya memakai kampus sebagai tempat," ucap JK.
Densus 88 Antiteror sebelumnya menangkap terduga teroris di (UNRI) berinisial MNZ. Belakangan ia diketahui mantan mahasiswa UNRI. Tersangka diduga memiliki kemampuan membuat bom TATP dan membagikan cara membuat bom di jaringan grup aplikasi Telegram.
(osc)