Sandiaga Ogah Turuti MUI Ungkap 40 Masjid Radikal ke Publik

DHF | CNN Indonesia
Rabu, 06 Jun 2018 21:55 WIB
Wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno meminta MUI bicara empat mata dengan pihaknya soal 40 masjid di Jakarta yang ia sebut sudah terpapar radikalisme.
Sandiaga Uno tak mau turuti permintaan MUI soal tudingan masjid terpapar radikalisme. (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno bersikukuh enggan membeberkan nama 40 masjid yang terpapar radikalisme ke publik meski Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memintanya.

Sandi berdalih pengungkapan nama masjid yang terpapar radikalisme malah akan memicu perselisihan di tengah masyarakat.

"Kita dapat kabarnya dari survei yang dilakukan oleh mbak Alisa Wahid yang disebarkan dan kita cross check di Biro Dikmental (Pendidikan, Mental, dan Spiritual) memang ada beberapa yang kita pantau. Tentunya tidak mungkin kita umum-umumkan akhirnya nanti menjadi perpecahan," kata Sandi saat ditemui di Masjid Hasyim Asy'ari, Jakarta Barat, Rabu (6/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nanti silakan saja berhubungan dengan kami," pesan Sandi ke MUI.


Meski tak membeberkan nama, Sandi mengklaim pengungkapan masjid radikal ini guna mencegah penggunaan masjid sebagai media penyebar paham radikalisme.

Atas dasar itu, Pemprov DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk mengembalikan fungsi masjid sebagai sumber kemakmuran umat.

"Harus ada [kerja sama dengan BNPT]. Jadi kita akan terus bertukar karena kita kebetulan mau kita harus pastikan tidak ada tempat buat paham radikalisme di sini," imbuhnya.


Sebelumnya, Sandi menyebut ada empat puluh masjid di Jakarta yang terpapar radikalisme. Pernyataan ini mengonfirmasi ucapan serupa dari cendekiawan Azyumardi Azra saat menghadiri undangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana, Senin (4/6).

Menanggapi tudingan itu, Ketua Komisi Dakwah MUI Cholil Nafis meminta Sandi membuka nama masjid di daftar tersebut. Jika tidak dibuka, kata Cholil, hanya akan meresahkan masyarakat.

"Kalau begini hanya membuat was-was, masyarakat bertanya-tanya, jadi tidak kondusif. Kalau enggak mau buka, ya enggak usah ngomong, hanya buat masyarakat resah," tutur Cholil saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (6/6).

(dal/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER