Ingat Era Reformasi, Yusril Enggan Ikut Manuver Amien Rais

CNN Indonesia | CNN Indonesia
Senin, 11 Jun 2018 10:11 WIB
Ketum PBB Yusril Ihza Mahendra punya pengalaman soal Amien Rais pada tahun 1999. Belajar dari situ Yusril enggan ikuti manuver pendiri PAN tersebut.
Ketum PBB Yusril Ihza Mahendra punya pengalaman soal Amien Rais pada tahun 1999. Belajar dari situ Yusril enggan ikuti manuver pendiri PAN tersebut. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyatakan tak akan mengikuti manuver politik yang dilakukan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais. Hal ini dilakukan Yusril karena belajar dari pengalaman.

Yusril menyatakan demikian melalui twitternya, @Yusrilihza_Mhd. Ada sembilan cuitan yang ia posting terkait keengganannya mengikuti manuver Amien.

"Tahun 2018 inipun saya tidak ingin ikut-ikutan dengan manuver Pak Amien Rais, bukan karena saya apriori, tetapi saya belajar dari pengalaman," ucap Yusril dalam twitnya yang dikutip CNNIndonesia.com, Senin (11/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Lebih jauh Yusril menjelaskan, dirinya punya pengalaman yang tak dilupakan terkait Amien. Dia menyebut, pada tahun 1999 dalam sebuah pertemuan di rumah mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier. Kala itu, Amien Rais mencoba meyakinkan untuk mencalonkan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Namun usul itu ditolak Yusril dan politikus PBB yang lain, Malam Sambat Kaban.

"Pengalaman, adalah guru yang paling bijak. Tahun 1999 dalam pertemuan di rumah Dr Fuad Bawazier, Pak Amien Rais meyakinkan kami semua untuk mencalonkan Gus Dur. Saya dan MS Kaban menolak. Kami tidak ingin mempermainkan orang untuk suatu agenda tersembunyi," kata Yusril.

Yusril mengatakan, saat ini dia merupakan seorang ketua umum partai. Layaknya nahkoda kapal, ia tak mau menyesatkan penumpangnya hanya karena ikut bermanuver.

"Saya kini Ketum Partai. Saya ibarat nakhoda, yang harus membawa penumpang ke arah yang benar, dengan cara-cara yang benar pula," kata pakar hukum tata negara ini.

Yusril mengambil pepatah Jawa bahwa ucapan seorang pemimpin itu adalah 'sabdo pandito ratu', atau bisa diartikan bahwa ucapan seseorang yang kedudukannya sangat tinggi, bagai seorang pandito (guru maha bijaksana) dan seorang ratu (raja).

Menurut Yusril, karena ucapan pemimpin adalah 'sabdo pandito ratu', maka pemimpin tidak boleh inkonsisten alias lain yang diucapkan, lain yang dikerjakan.

"Maka pemimpin itu tidak boleh 'plintat plintut' alias 'munafiqun', dalam makna, lain yang diucapkan, lain pula yang dikerjakan. Pemimpin seperti ini akan kehilangan kredibilitas di mata rakyat dan pendukungnya," katanya.

Atas dasar itu, Yusril menambahkan, sejak awal dirinya tidak berminat dengan inisiatif Amien yang lobi sana-sini menjelang Pilpres 2019.

"Sejak awal saya tidak berminat ataupun tertarik dengan inisiatif Pak Amien Rais yang melakukan lobby sana-sini, untuk untuk memilih siapa yang akan maju dalam Pilpres 2019 hadapi petahana," kata Yusril.

Yusril sendiri sebelum memulai kultwitnya ini, juga memposting sebuah berita tentang Amien Rais yang berniat maju capres.

(osc/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER