Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Sosial (Kemensos) akan berupaya mengembalikan wawasan kebangsaan Indonesia untuk menghidupkan semangat nasionalisme kepada tujuh anak pelaku pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Direktur Rehabilitasi Anak Kemensos Nahar mengatakan terdapat empat tahap untuk mengembalikan wawasan kebangsaan mereka.
Pertama, melalui teknik edukasi terkait masalah nasionalisme, cinta Tanah Air, dan penumbuhan rasa toleransi terhadap keragaman latar belakang bangsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, melalui pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada anak dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya.
"Kedua, tentang konseling. Konseling itu untuk memberi pemahaman bahaya radikalisme," ujar Nahar kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (12/6).
Tahap ketiga melalui proses rehabilitasi sosial dengan mulai menghubungkan anak dengan keluarga dan lingkungan sosial.
"Rehabilitasi sosial adalah proses di mana dilakukan upaya-upaya agar orang yang ikut, dapat melakukan fungsi sosialnya kembali," kata Nahar.
Nahar mencontohkan, konselor akan memulihkan rasa cemas dan ketidakpercayaan diri anak yang trauma akan suatu hal.
"Alasan-alasan penyebab trauma diluruskan," ujar Nahar.
Keempat, melalui pendampingan sosial. Nantinya, masing-masing anak akan memiliki satu pendamping sosial. Tugasnya adalah memulihkan ketidakmampuan sosial anak atau disfungsi sosial.
"Kalau ada pemahaman-pemahanan yang salah, kami berikan bimbingan agama, bimbingan emosional, dan sebagainya," kata Nahar.
Nahar mengatakan periode waktu rehabilitasi anak itu akan tergantung dari kondisi psikologis yang bersangkutan. Paling cepat, kata Nahar berkisar antara 1-3 bulan sebelum dikembalikan ke keluarga.
Polda Jawa Timur pada Selasa (12/6) sore ini menyerahkan tujuh anak pelaku pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo ke Kemensos untuk menjalani perawatan psikologis.
Ketujuh anak itu terdiri dari satu anak pelaku teror di Mapolrestabes Surabaya, tiga anak pelaku di rusunawa Sidoarjo, dan tiga anak pelaku di Manukan, Surabaya.
(wis)