Melejit di Jabar dan Jateng, Gerindra Mantap Bertarung 2019

FAR | CNN Indonesia
Minggu, 01 Jul 2018 14:47 WIB
Gerindra semakin optimis menang dalam Pilpres 2019 karena hasil survei bisa berbeda dengan hasil hitung cepat seperti di Pilgub Jabar dan Pilgub Jateng 2018.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani merasa optimis menang dalam Pilpres 2019 karena hasil survei bisa berbeda dengan hasil hitung cepat seperti yang terjadi di Pilkada serentak 2019. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto).
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengklaim mesin politik Partai Gerindra berjalan baik dalam gelaran Pilkada serentak 2018. Meski di sejumlah daerah, pasangan yang diusung Gerindra kalah dari pesaingnya.

Namun Muzani melihat sebaliknya, bahwa hasil signifikan didapat Gerindra dari Pilkada serentak 2018. Berdasar hitung cepat, perolehan suara pasangan yang diusung Gerindra 'melejit' dari hasil survei sebelum pencoblosan.

"Saya membaca malah sebaliknya, pengamat mengatakan mesin politik Gerindra yang maju," kata Muzani di sela acara halal bi halal bersama Pengurus Ranting dan Sayap Partai Gerindra DKI Jakarta yang digelar di rumah dinasnya, Kemang Selatan, Jakarta Selatan, Minggu (1/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Muzani mencontohkan dalam Pilgub Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Tengah (Jateng). Di Jabar, Gerindra bersama PKS dan PAN mengusung Sudrajat-Syaikhu. Berdasarkan survei sejumlah lembaga sebelum hari pencoblosan, pasangan tersebut mendapat perolehan suara yang terbilang kecil.

Misalnya, survei yang dilakukan Saiful Mujani Research Center (SMRC) pada 22 Mei-1 Juni 2018, Sudrajat-Syaikhu hanya mendapat 7,9 persen. Setali tiga uang, survei yang dilakukan lembaga Indo Barometer, pada 7-13 Juni 2018 juga menunjukkan pasangan Sudrajat-Syaikhu hanya memperoleh 6,1 persen.

Namun hasil final quick count LSI Denny JA dengan data masuk mencapai 100 persen, pasangan Sudrajat-Syaikhu memperoleh suara sebesar 27,98 persen. Perolehan suara itu hanya kalah dari raihan Ridwan-Uu yang mendapat 32,98 persen serta mengungguli pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan.

Hal serupa juga terjadi di Jateng. Misalnya berdasarkan survei Indo Barometer, pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang diusung Gerindra bersama PKB, PAN, dan PKS meraih suara 21,1 persen.


Namun hasil hitung cepat Indo Barometer mencatat Sudirman-Ida meraih 43,26 persen suara. Pasangan ini kalah tipis dari pesaingnya, Ganjar Pranowo-Taj Yasin dengan perolehan 57,3 persen suara.

Merujuk hasil tersebut, Muzani optimis bahwa Gerindra akan unggul dalam Pilpres 2019 nanti. Meskipun sejumlah survei saat ini menyebut jika Prabowo Subianto maju sebagai calon presiden, maka perolehan suaranya masih kalah dari Joko Widodo.

Dia merasa optimis karena hasil survei bisa berbeda dengan hasil final hitung cepat, seperti yang terjadi dalam Pilakda serentak 2018.

"Pola ini sudah kami baca, dan mungkin 2019 akan menjadi pola yang sama, kemungkinan quick count salah, ada, wong surveinya salah bagaimana quick count-nya mau bener juga," kata dia.


Untuk diketahui survei yang dilakukan lembaga Indo Barometer pada 15-22 April 2018 terhadap 1.200 responden, tercatat bahwa elektabilitas Joko Widodo sebagai calon presiden masih unggul jauh dibandingkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

Direktur Eksekutif Muhammad Qodari mengatakan tingkat elektabilitas Jokowi unggul baik dari pernyataan terbuka maupun tertutup.

"Berdasarkan pertanyaan terbuka calon Presiden, top of mind pemilih terhadap calon presiden Joko Widodo 40,7 persen, Prabowo Subianto 19,7 persen, Gatot Nurmantyo 2,7 persen," kata Qodari dalam pemaparannya di Jakarta, Selasa (22/5).

Berdasarkan simulasi pertanyaan tertutup sebanyak 21 nama, Jokowi juga unggul dengan 47,4 persen diikuti Prabowo 19,6 persen, dan Gatot 4,8 persen. (osc/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER