Jakarta, CNN Indonesia --
Aktivis reformasi 98 menyebut ada upaya penggembosan di acara
Rembuk Nasional yang digelar di Kemayoran, Jakarta, Sabtu (7/7). Hal ini menyikapi komentar miring terkait kehadiran beberapa lansia pada pertemuan tersebut.
Salah satu penggagas Rembuk Nasional Aktivis 98, Wahab Talaohu mengatakan para lansia memang ikut hadir dalam kegiatan itu. Namun menurutnya, kehadiran mereka tanpa ada bayaran sama sekali.
Wahab justru menduga ada upaya dari pihak lawan yang berusaha menggembosi pertemuan Rembuk Nasional. Dia menyatakan bayar membayar massa bukan karakter aktivis 98, tapi gerakan yang dibangun memiliki nilai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tegaskan itu bagian dari penggembosan. (Massa bayaran) itu tidak ada. Mungkin mereka yang bayar, menuding kami yang membayar," kata Wahab kepada
CNNIndonesia.com, Senin (9/7).
Alumni Universitas Jakarta (Unija) ini menyebut ada sebagian kelompok yang nyinyir dengan mencari kesalahan atas pertemuan tersebut. Wahab mengatakan pihaknya tidak ingin menanggapi serius isu massa bayaran tersebut karena dianggap hanya menguras energi.
"Aktivis 98 tidak pernah mendidik rakyat dengan pragmatis. Kami selalu mendidik rakyat dengan pergerakan, mendidik penguasa dengan perlawanan," ujar mantan aktivis Famred.
Dalam hajatan tersebut, sejumlah lansia mengaku dibayar Rp100 ribu untuk bersedia hadir. Mereka juga diberi kaus berlogo "20 Tahun Reformasi 98 Rembuk Nasional I" serta diberikan makan siang gratis dan transportasi.
Rembuk Nasional aktivis '98 diikuti puluhan ribu orang dari berbagai daerah. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) |
Menurut Wahab, para lansia itu sebagian berasal daerah Jawa Barat. Dia menyebut salah satu simpul gerakan, yakni Oki Satrio membawa basis massa dari Jabar. Sebagian lansia berasal dari sekitar Jakarta.
"Kalau ada yang mengatakan begitu (dibayar), tidak benar. Akomodasi memang disediakan, bus atau sebagian yang bersedia diberikan kaos mungkin benar," katanya.
Para lansia itu mayoritas mengenakan kaus berwarna putih berlengan kuning. Di belakang kaus tersebut tertulis logo OSO Group. Sementara di bagian depan kaus terpampang Rembuk Nasional.
Wahab tak menampik ada partisipasi Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) dalam hajatan aktivis tersebut. Menurutnya, hal itu sah saja dan telah disepakati bersama bahwa siapa pun bisa ikut berpartisipasi dalam Rembuk Nasional.
Namun menurut Wahab, keterlibatan OSO bukan berarti bisa mengintervensi gerakan aktivis 98.
"(OSO) berpartisipasi dan betul terlihat di lapangan, tapi tidak melakukan intervensi terhadap gerakan tersebut karena kami terbuka untuk umum, bukan hanya OSO, siapa saja boleh terlibat Rembuk Nasional," kata politikus Partai Hanura itu.
Dia menjelaskan peserta rembuk nasional berasal dari perwakilan daerah dan kampus. Mereka hadir dari 29 provinsi. Di luar peserta rembuk, kata Wahab, mereka adalah partisipan politik karena memiliki kesamaan cara pandang.
Wahab menjelaskan gerakan 98 bukan hanya milik mahasiswa ketika itu, tapi gerakan rakyat. Sejumlah aktivis 98, menurutnya, masih konsisten membangun basis rakyat di kalangan buruh dan nelayan hingga kini.
Dia mengklaim para lansia yang ikut hadir di Rembuk Nasional merupakan basis massa yang dikawal aktivis selama ini. Menurutnya, kehadiran mereka justru menunjukkan bahwa masyarakat sepakat dengan perjuangan dan gagasan aktivis 98.
"Itu menunjukkan rakyat sepakat dan setuju dengan gagasan aktivis 98 dalam melawan gerakan intoleransi, radikalisme, terorisme," kata Wahab.
Sementara salah satu aktivis 98 yang ikut Rembuk Nasional, Fendi Mugni juga tak menutup mata soal keterlibatan lansia di hajatan tersebut. Alumni Universitas Kristen Indonesia (UKI) itu mengatakan perjuangan '98 bukan gerakan yang eksklusif. Menurutnya, semua orang bisa mengklaim dirinya terlibat pada gerakan 98.
"Yang ikut '98, 20 tahun lalu, banyak di atasku 20 tahun ada yang terlibat. Senior kita yang bantu banyak juga yang sudah tua," kata Fendi.
Dia menyebut para lansia itu berasal dari Sulawesi. Namun Fendi tak mengatahui soal massa bayaran yang hadir di pertemuan Rembuk Nasional.
Presiden Joko Widodo menghadiri penutupan rembuk nasional aktivis '98 di JI Expo, Kemayoran, Jakarta. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) |
Agenda Memenangkan JokowiUsai pertemuan Rembuk Nasional, para aktivis 98 sedang mempersiapkan konsolidasi berikutnya untuk menyosialisasikan hasil rembuk ke jaringan di daerah. Selain itu mereka juga mempersiapkan konsolidasi untuk memenangkan Joko Widodo dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019.
"Jokowi tidak punya kejahatan politik, ekonomi, maupun kejahatan kemanusiaan. Beliau dengan responsif, spontan menyikapi usulan kami," kata Wahab.
Jokowi juga ikut hadir dalam hajatan tersebut. Para aktivis 98 pun telah menyiapkan deklarasi mendukung Jokowi sebagai calon presiden selanjutnya.
"Kami siap untuk mendukung Jokowi," kata Wahab saat pertemuan tersebut.
Panitia Rembuk Aktivis 98 juga meminta supaya sejumlah rekan mereka yang gugur saat reformasi 20 tahun lalu dijadikan pahlawan nasional. Selain itu, mereka juga berharap pada tanggal 7 Juli dijadikan hari Bhineka Tunggal Ika
Rombongan Jokowi tiba di lokasi sekitar pukul 16.45 WIB. Saat turun dari mobil, Jokowi disambut Tenaga Ahli Utama Deputi IV Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat Oesman Sapta Odang (OSO).
Ketika naik ke panggung, Jokowi disambut sorak sorai peserta Rembuk Nasional Aktivis 98. Teriakan "Jokowi dua periode. Hidup Jokowi' juga terdengar lantang di area rembuk.
(gil)