Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah penumpang KRL
Commuter Line mengeluhkan antrean panjang di stasiun-stasiun kereta akibat pembaruan sistem tiket elektronik. Sejak Sabtu (21/7), pengguna
KRL tak bisa menggunakan tiket elektroniknya dan beralih dengan tiket kertas.
Salah satu penumpang KRL yang berangkat dari Stasiun Manggarai, Viryal, mengaku sistem pembelian tiket kertas ini tak cukup efektif untuk mengakomodir penumpang di jam-jam sibuk. Dia harus mengantre lebih lama jika dibanding hari biasanya jika memakai tiket elektronik.
"Kurang efektif sih kalau buat yang cepat-cepat, karena nunggu agak lama dari biasanya," kata Viryal di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Senin (23/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dia tidak punya pilihan dan terpaksa ikut memburu tiket kertas. Lagi pula, bagi dia mengantre lebih lama di stasiun dirasa lebih baik ketimbang terkena macet di jalan jika menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi.
"Tapi karena memang lagi ada pembaruan ya nggak apa-apa sih, toh nggak terlalu lama juga ngantre-nya," lanjut dia yang mengantre sekitar 5 menit di Stasiun Manggarai.
Nindi penumpang dengan tujuan Stasiun Universitas Indonesia juga merasakan hal yang sama. Meski terpaksa harus mengantre lebih lama, namun bukan masalah. Sebab dia sudah menyiapkan waktu lebih panjang di perjalanan agar tak terlambat.
"Lagian katanya bisa beli beberapa tiket sekali antre kan, jadi nggak apa-apa ngantre sedikit," ujar Nindi.
Di sisi lain, Ibnu penumpang KRL tujuan Stasiun Sudirman mengeluhkan antrean panjang saat keluar stasiun. Menurut dia, tanpa pembaruan sistem ini saja antrean di Stasiun Sudirman selalu mengular.
"Masalahnya di sana hanya ada lima gate yang aktif padahal kereta kan kadang suka datang bersamaan dengan orang yang sangat banyak. Jangankan ada pembaruan sistem, hari biasa saja sudah mengular ke luar stasiun," keluh Ibnu.
Meski terjadi antrean yang panjang, tetap saja KRL sudah melekat dengan keseharianya. Ibnu tetap lebih memilih naik KRL karena lebih nyaman dan murah dibanding moda transportasi lain.
Sementara itu, Faiz penumpang tujuan Stasiun Daru, Tangerang, mengaku tak ada pengaruhnya pembaruan sistem ini pada perjalanan diasetiap hari. Faiz yang terbiasa menggunakan tiket harian juga tak masalah dengan antrean tiket kertas ini.
"Karena saya biasa beli tiket yang harian, ya sama saja sih. Kadang cepat kadang lama. Tapi ini pertama kali sih mengalami perbaikan sistem yang kayak gini," tutupnya.
 Para penumpang KRL di Stasiun Bekasi memburu tiket kertas pengganti tiket elektronik yang tengah dilakukan pembaruan sitem. (CNN Indonesia/Safir Makki). |
Sebelumnya, PT KCI mengumumkan bahwa pada Senin (23/7) pihaknya masih melakukan pembaruan sistem pembelian tiket elektronik. Untuk sementara, penumpang akan diminta untuk membeli tiket kertas seharga Rp3.000, sebab kartu uang elektronik tidak bisa digunakan di semua gate stasiun.
Sistem tiket elektronik KRL sudah berjalan sejak Juli 2013. Pembaruan dan pemeliharaan sistem dalam skala keseluruhan ini tujuannya adalah untuk menjaga keandalan sistem di masa yang akan datang.
Pembaruan sistem ini berdampak domino, mulai dari pergantian tiket perjalanan KRL menjadi manual, dalam hal ini tiket kertas, hingga penumpang membludak di beberapa stasiun karena mengantre panjang di loket.
Antrean memanjang karena pengguna kartu e-Money atau flash pun terpaksa ikut berburu tiket kertas seharga Rp3.000 untuk sekali perjalanan.
Pada Minggu (22/7), antrean sempat mengular di Stasiun Palmerah, UI, Kebayoran dan lainnya. Hal itu karena penumpang tidak mengetahui bahwa kartu elektronik mereka tidak bisa dibaca sistem untuk sementara waktu.
PT KCI pun meminta maaf terkait pembaharuan atau pemeliharaan sistem tiket elektronik yang membuat para penumpang KRL berburu tiket kertas dan mengakibatkan antrean panjang. Pembaharuan sistem tiket commuter line ini sudah berlangsung sejak Sabtu (21/7).
"PT KCI memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami seluruh pengguna KRL selama masa pembaharuan dan pemeliharaan sistem tiket elektronik," ujar VP Komunikasi Perusahaan PT KCI, Eva Chairunisa dalam pesan singkatnya, Senin (23/7).
(osc/gil)