-- Direktur Ekskekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djajadi Hanan menilai
(AHY) menjadi favorit untuk dipilih sebagai calon Wakil Presiden bagi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pemilu 2019.
Selain elektabilitasnya yang cukup baik di sejumlah survei, AHY juga punya kendaraan politik yang cukup kuat lewat Partai Demokrat. Terlebih, partai yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono itu juga lebih superior ketimbang partai pendukung Prabowo lainnya, baik dalam hal suara maupun kekuatan logistik.
"Kan wajar dong calon partai kedua terbesar yang dipilih, kecuali calon dari non-partai itu berbeda," kata Djajadi dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, Kamis (26/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Pemilu 2014, Demokrat mendapat 12.728.913 suara atau 10,19 persen dari total suara nasional atau partai peringkat keempat.
Jika partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu masuk ke dalam koalisi pendukung Prabowo, Demokrat akan jadi partai terbesar kedua di kubu itu setelah Gerindra yang merupakan peringkat tiga di Pileg 2014.
 Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), di Sentul, Kabupaten Bogor, Minggu (11/3). ( ANTARA FOTO/Arif Firmansyah) |
Djajadi pun mengingatkan bahwa Demokrat juga pernah berkuasa dua periode bersama SBY. Pengalaman dan kekuatan mesin Demokrat disebut bakal jadi kebutuhan Prabowo menghadapi petahana.
"Dugaan saya, sebagai partai dan [Ketua Umum yang merupakan] Presiden dua periode lalu, Demokrat punya kekuatan logistik lebih kuat dibanding PKS," imbuhnya.
Kendati demikian, Djajadi masih melihat ada kans bagi kandidat cawapres lain seperti Ahmad Heryawan, Gatot Nurmantyo, atau bahkan Anies Baswedan.
SBY sendiri menyatakan pihaknya tak pernah memaksakan kadernya ke kubu mana pun sebagai cawapres. Melalui konferensi pers di kediamannya kemarin, SBY menegaskan hanya capres yang bebas menentukan pendampingnya.
"Silakan kalau kita cocok ini berjodoh dan ditakdirkan Allah untuk berkoalisi Pak Prabowo lah sebagai capres yang menyampaikan pada kami-kami siapa cawapres yang dipilih, ayo ada komunikasinya," ucap SBY.
Berdasarkan survei Indo Barometer yang dirilis pada 22 Mei 2018, AHY punya elektabilitas 3,3 persen. Ia masih di bawah Jokowi (48,7 persen), Prabowo (20,5 persen), dan Gatot Nurmantyo (4,8 persen).
 Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di Jakarta, Selasa, 24 Juli. ( CNN Indonesia/Safir Makki) |
Namun, AHY memiliki elektabilitas lebih baik dari Wapres Jusuf Kalla (1,4 persen).
Sementara itu, survei Charta Politika yang dirilis pada 6 Juni 2018 menyebut AHY adalah nama salah satu nama favorit untuk mendampingi Jokowi sebagai cawapres.
Dalam survei tersebut, AHY mendapatkan 7,6 persen. Ia di bawah Gatot (8,6 persen) dan Jusuf Kalla (10,3 persen).
Sementara, survei Kedai KOPI menyebut bahwa AHY berada di urutan kedua sebagai cawapres favorit dengan elektabilitas 8,7 persen, atau masih di bawah Gatot (17,5 persen).