Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Senin (30/7) kemarin, sebagai hal yang wajar.
SBY dan Prabowo mengambil sikap berbeda saat Pemilu Presiden 2014. Namun menurut JK, keduanya saat ini memiliki kepentingan yang sama.
"Prinsip politik itu tidak ada kawan dan lawan abadi, yang abadi itu kepentingan. Ya, kepentingan untuk maju, untuk menang, dan untuk jadi presiden. Jadi mungkin saja," ujar JK di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (31/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SBY dan Prabowo bertemu dua kali dalam satu pekan terakhir. Pertemuan pertama berlangsung di kediaman SBY di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Saat itu SBY mengatakan pertemuan dilakukan untuk menjajaki kemungkinan koalisi antara Gerindra dan Demokrat di Pilpres 2019.
Pertemuan lanjutan antara keduanya digelar kemarin, Senin (30/7), di kediaman Prabowo di kawasan Kertanegara, Jakarta Selatan.
Usai pertemuan Prabowo mengatakan Demokrat dan Gerindra telah sepakat bekerjasama dan akan terwujud dalam bentuk koalisi di Pilpres 2019. Sementara SBY belum mau menegaskan koalisi dua partai. Dia hanya mengatakan peluang koalisi terbuka semakin lebar.
Dalam pertemuan itu SBY juga menegaskan pihaknya tak mematok kursi calon wakil presiden kepada Prabowo.
Dia membantah isu atau anggapan yang berkembang di publik bahwa Demokrat meminta kursi calon wakil presiden diserahkan kepada Agus Harimurti Yudhoyono. SBY bahkan menyerahkan sepenuhnya keputusan soal calon wakil presiden kepada Prabowo selaku capres.
Pertemuan keduanya mendapat sorotan publik. Salah satunya karena kedua pihak berbeda posisi saat Pilpres 2014.
Kala itu SBY memimpin Demokrat untuk bersikap netral dengan tidak mendukung baik pasangan Jokowi-JK maupun Prabowo-Hatta Rajasa.
Menurut JK kondisi politik yang begitu dinamis membuka peluang bagi siapa pun untuk berkoalisi, termasuk koalisi antara SBY dan Prabowo.
"Koalisi itu cocok-cocokan, kan. Memang pemilu 2014 Demokrat netral, sekarang lebih mudah untuk ke kanan atau kiri," katanya.
(wis/gil)