Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
Hasto Kristiyanto menolak penggunaan terminologi nasionalis-religius yang kerap dipakai belakangan ini. Hasto berpendapat kedua label itu sudah melekat satu sama lain.
"Karena kita ini bangsa yang bertuhan, nasionalis ya religius, religius nasionalis lah," kata Hasto yang ditemui di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (1/8).
Kendati demikian Hasto menghormati siapapun yang memakai istilah tersebut.
Begitu pula dengan rekomendasi Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional yang menetapkan Prabowo Subianto sebagai capres dan pemuka agama ustaz Abdul Somad serta Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al Jufri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasangan hasil rekomendasi ijtima itu disebut oleh para pendukungnya sebagai paket lengkap yang mewakili kaum nasionalis dan religius.
"Itu bagian hak demokrasi, harus kami hormati apapun pilihannya," kata Hasto.
Hasto pun ikut menanggapi keberadaan nama Abdul Somad yang terbilang baru dalam kancah politik. Ia mengaku kagum dengan kepandaian Somad dalam berceramah.
"Saya saja kalau melihat ceramah-ceramah beliau logikanya luar biasa, bahasa-bahasanya merakyat sangat baik, kita perlu penyambung lidah seperti itu," ujar Hasto.
Sebelumnya, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais meyakini duet Prabowo Subianto dan ustaz Abdul Somad dalam pemilihan presiden 2019 mampu menumbangkan petahana Joko Widodo.
Amien menilai keduanya merupakan paduan yang tepat antara koalisi kebangsaan dan keumatan.
(pmg)