Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan bahwa seruan Presiden
Joko Widodo kepada relawan untuk siap
berantem tidak bermaksud untuk mendorong terjadinya kekerasan di masa Pemilu 2019.
"Kalau didengar utuh dan jernih, tidak [mengarah kekerasan]," ucap dia, di kantor KPU, Jakarta, Senin (6/7).
Tjaho meminta untuk mendengarkan atau membaca pidato Jokowi secara utuh. Dengan demikian, pidato Jokowi akan dipahami dengan baik dengan segala makna yang terkandungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tolong didengar secara utuh pidato Bapak Presiden secara utuh dan runtut," ucap Tjahjo.
Sebelumnya, Jokowi mengimbau kepada relawan agar tidak menebar kebencian. Persatuan dan kerukunan tetap harus dikedepankan ketika rangkaian pelaksanaan Pilpres 2019 mulai berjalan.
Jokowi pun meminta relawan agar tidak memancing permusuhan. Meski begitu, Jokowi juga meminta para relawan agar tidak gentar melawan ketika ada yang mengajak baku hantam.
"Jangan membangun permusuhan, jangan membangun ujaran-ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah. Tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang lain. Tapi kalau diajak berantem juga berani," ucap Jokowi dalam pidatonya yang memicu kontroversi, Sabtu (4/8).
Pidato Jokowi tersebut sontak menjadi perhatian publik. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono memandang bahwa Jokowi dapat memotivasi relawannya menggunakan kekerasan.
Juru Bicara Presiden Johan Budi menampik tudingan Ferry. Menurutnya, imbauan Jokowi tidak bernada provokatif. Dia meminta kepada semua pihak agar tidak mengartikan pidato Jokowi sebagai kesiapan berkelahi secara fisik.
(arh/sur)