Fahri Minta Jokowi Pidato yang Buat Terpukau, Bukan Berantem

Abi Sarwanto | CNN Indonesia
Senin, 06 Agu 2018 17:52 WIB
Fahri Hamzah meminta Jokowi berhenti berpidato yang membuat masyarakat terpecah belah. Jokowi, kata Fahri, harus belajar dari Bung Karno soal pidato.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. (CNN Indonesia/Mesha Mediani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengkritik pidato Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang disampaikan di hadapan relawannya dalam kegiatan rapat umum, Sabtu (4/8). Dia meminta Jokowi agar berhenti memecah belah rakyat.

"Berhenti lah memecah-belah rakyat. Pak Jokowi harus mulai pidato sebagai negarawan, yang membuat kita semua terpukau," kata Fahri di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (6/8).

Fahri menilai Jokowi selama ini tidak pernah menyampaikan pidato yang menyatukan rakyat. Hal ini, kata Fahri, berbeda dengan cara pidato Presiden Indonesia pertama Sukarno atau Bung Karno yang menyatukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bung Karno dulu semua pidato-pidatonya menyatukan rakyat. Musuh kita di luar. Inggris kita linggis, Amerika kita setrika. Jadi perhatian kita teralih pada musuh besar," kata dia.
Sedangkan, kata Fahri, sejak awal Jokowi tidak pernah mengajak persatuan dalam pidatonya dan cenderung mengadu domba masyarakat.

"Pisahkan agama dengan politik, saya Pancasila kamu bukan. Sampai begitu, ini sekarang begitu, diajak berantem relawan-relawan," katanya.

Kegagalan narasi yang dibangun pemerintah saat ini dituding sebagai akar persoalan di Indonesia.
Fahri Minta Jokowi Berhenti Pidato yang Memecah BelahRapat Umum Relawan Jokowi yang berlangsung di Sentul International Convention Center, Bogor, Sabtu (4/8). (CNN Indonesia/Dhio Faiz)
Untuk itu, kata Fahri, ke depan Indonesia membutuhkan seorang presiden yang mampu membangun narasi persatuan dan membangkitkan masyarakat dari keterpurukan.

"Pidato yang tidak mungkin menyebabkan bangsa ini 17 ribu pulau menyatu di awal pada saat kita semua masih miskin. Kita bisa dibikin bersatu, sekarang kita sudah punya semuanya," katanya.

Namun, lanjutnya, harus ada pemimpin bangsa yang mau melawan Jokowi di pilpres 2019 agar kondisi bangsa bisa berubah.

Dalam acara rapat umum, Jokowi berpesan supaya para relawan tidak perlu mencari musuh dalam masa kampanye, tetapi juga siap jika harus terlibat baku hantam.

"Jangan membangun permusuhan, jangan membangun ujaran-ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah. Tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang lain. Tapi kalau diajak berantem juga berani," kata Jokowi.
Hal berbeda disampaikan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menilai pidato Jokowi tersebut sama sekali tidak bermaksud mendorong kekerasan di Pemilu.

Ia meminta pidato tersebut didengar utuh sehingga maknanya juga tidak terpotong.

"Kalau didengar utuh dan jernih, tidak [mengarah kekerasan]," kata Tjahjo di kantor KPU, Jakarta, Senin (6/7).

(ugo/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER