Yang Terkenang di Balik Reruntuhan Gempa Lombok

Bintoro Agung | CNN Indonesia
Kamis, 09 Agu 2018 09:51 WIB
Jusri, bayi berusia satu bulan itu sempat menangis saat dibawa ke puskemas, namun luka parah akibat tertimpa runtuhan gempa membuat nyawanya tak terselamatkan.
Puing akibat gempa yang mengguncang Lombok, NTB, Minggu (5/8). (CNNIndonesia/Andry Novelino)
Lombok Barat, NTB, CNN Indonesia -- Susrianto dan Yulianingsih adalah pasangan yang baru menikah. Pada Minggu (5/7) nahas itu, pasangan yang tinggal di Dusun Wadon, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat ini sedang asyik mengurus bayinya sambil menyaksikan balap motor yang disiarkan langsung sebuah stasiun televisi swasta.

Suasana hangat itu mendadak mencekam saat gempa berskala 7 skala richter menggoyang-goyang rumah Susrianto.

Saat itu, Rian (29), panggilan akrab Susrianto, sedang menggendong buah hatinya yang baru berusia satu bulan. Ia dan istri pun berusaha turun ke lantai satu untuk menyelamatkan diri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikatakan Rian guncangan hebat itu membuat dirinya ragu. Namun keraguannya berakibat fatal. Waktunya menyelamatkan diri semakin sedikit. Dinding dari kedua sisi rumahnya sudah bergesar.

"Ketika gempa makin keras kami kena himpit rumah yang runtuh," ujarnya ketika ditemui di tenda pengungsian di Dusun Wadon.

Rian dan istri akhirnya tertimpa reruntuhan. Keduanya memang berhasil keluar dari reruntuhan. Pun dengan bayinya, Jusri Rapais.

Baik Rian maupun Lia, sapaan istrinya, hanya mengalami luka ringan di sekujur tubuh. Rian pun masih sempat membawa sang bayi ke puskemas terdekat.

Rian masih ingat betul tangis bayinya saat dilarikan ke puskesmas. "Waktu dibawa ke puskesmas anak saya sempat menangis, tapi memarnya sudah parah sampai dinyatakan meninggal," ucap Lia.

Dusun Wadon sendiri merupakan salah satu tempat paling parah terdampak gempa di Lombok Barat. Tak sedikit rumah di dusun ini rusak parah hingga luluh lantak akibat gempa. Warga setempat mengklaim rumah yang rusak mencapai 95 persen.

Kusna Budiman (40), warga Dusun Wadon yang masih bersaudara dengan Lia, memperkirakan ada 80 kepala keluarga yang mengungsi ke tenda-tenda darurat. Kusna menilai bantuan yang datang untuk mereka masih sangat minim.

"Memang ada dari pemerintah tapi sedikit sekali. Tenda, misalnya, kami masih swadaya semua," katanya.

Selain makanan dan minuman, tenda dan selimut menjadi kebutuhan mendesak bagi warga Dusun Wadon. Tinggal di tenda darurat menjadi satu-satunya pilihan lantaran rumah mereka sudah rusak. Mereka juga khawatir akan gempa susulan yang masih sering terjadi.

"Kami merasa dinomorduakan karena bantuan diarahkan ke KLU (Kabupaten Lombok Utara) saja," imbuh Kusna.

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa 7 skala richter yang mengguncang Lombok, Minggu (5/8) lalu telah memakan korban jiwa sebanyak 131 orang untuk wilayah NTB dan Bali, hingga Rabu (8/8) siang.

Data BNPB itu berbeda dengan data yang dimiliki TNI. Versi TNI, jumlah korban meninggal sebanyak 381 orang, sementara Gubernur NTB TGB Zainul Majdi mengatakan jumlah korban meninggal dunia di NTB sebanyak 226 orang, sama dengan data korban yang dirilis Basarnas.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan perbedaan data itu akan segera diselesaikan lewat koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Terkait bantuan dan evakuasi, BNPB menyatakan masih terus mengupayakan dapat diberikan merata ke semua wilayah yang terkena dampak gempa. (wis/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER