Jakarta, CNN Indonesia -- Bakal calon wakil presiden
Sandiaga Uno enggan menanggapi istilah '
santri poles' yang dilontarkan Wakil Ketua Umum PPP Arwani Thomafi. Dia menyatakan selama ini memang tak pernah mengenyam bangku pesantren.
"Saya jelas enggak sekolah di pesantren. Saya sekolah di Jakarta, di beberapa sekolah multietnis, multikultur, multiagama juga. Pernah sekolah di sekolah Katolik, di sekolah kristen protestan. Tapi mungkin yang dikaitkan Pak Sohibul posisi saya mendorong santripreneur," kata Sandi saat ditemui di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (13/8).
Sandi juga tak ingin membahas sebutan 'santri poles' lebih jauh karena hanya untuk memperuncing perdebatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biarin saja, kalau saya sih enggak mau memecah belah. Saya justru ingin mempersatukan. Saya sampaikan kalau
background saya seperti ini [bukan lulusan pesantren]," ucap Sandi.
Sebutan santri poles itu disampaikan Arwani menanggapi klaim yang disampaikan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman. Sandiaga dianggap sebagai santri milenial di era post-islamisme.
Sohibul memuji Sandi sebagai santri di era post-Islamis. Tak berselang lama, Arwani membalasnya dengan cibiran Sandi adalah santri poles yang dipaksakan.
Sandi tak ingin terlalu jauh memaknai pujian Presiden PKS Sohibul Iman yang menyebutnya santri di era post-islamisme. Menurutnya, pujian itu adalah harapan PKS bahwa santri harus modern, kreatif, dan inovatif.
Sementara Arwani meminta masyarakat berhati-hati dalam menilik latar belakang capres dan cawapres pemilu 2019.
Arwani menyindir Sandiaga yang kerap disebut-sebut sebagai Santri Milenial. Padahal menurutnya, Sandiaga sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan santri.
"Hati-hati milenials, jangan asal pilih. Hendaknya bijaksana melihat santri yang benar santri, bukan 'santri poles' atau disantri-santriin," ujar Arwani di kawasan Menteng Jakarta, Minggu (12/8).
(pmg)