Bangunan Rusak, 31 Ribu Anak di Lombok Utara Tak Bisa Sekolah

Mesha Mediani | CNN Indonesia
Rabu, 15 Agu 2018 17:10 WIB
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Utara Fauzan Fuad menyebut 90 persen sekolah di Lombok Utara rusak. Dia berharap sekolah darurat segera dibangun.
Sejumlah anak bernyanyi bersama relawan di tempat penampungan pengungsi korban gempa bumi di Pemenang, Lombok Utara, NTB. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 169 satuan pendidikan di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) terdampak gempa yang terjadi Minggu (5/8).

Berdasarkan data Sekretariat Nasional Pendidikan Aman Bencana (SPAB) per 13 Agustus 2018, sebanyak 1.117 ruang kelas dan 407 ruangan pendukung (laboratorium, ruang tata usaha, ruang guru, dan toilet) di sekolah mengalami kerusakan berat. Sedangkan 215 ruang kelas mengalami kerusakan kategori sedang dan ringan.

"90 persen sekolah di Lombok Utara rusak. Sejumlah 23.822 siswa SD dan 7.304 siswa SMP berada di pengungsian dan tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar normal dalam waktu yang cukup lama," ujar Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Lombok Utara Fauzan Fuad melalui keterangan tertulis, Rabu (15/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia berharap sekolah darurat segera dibangun untuk anak-anak di Lombok Utara. Lantaran kantor Disdik Lombok Utara rusak cukup parah, posko pendidikan pun dijadikan kantor sementara.

Selasa (14/8), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy kembali meninjau satuan pendidikan terdampak gempa di kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara.

Dalam proses rehabilitasi sekolah rusak berat, Muhadjir meminta agar dinas pendidikan setempat juga memperhatikan konsep zonasi persekolahan.

Pemerintah daerah (pemda) diimbau sekaligus menyiapkan unit sekolah baru di wilayah lain sesuai kebutuhan.

"Sekolah ini kan siswanya cukup banyak. Tadi saya dengar ada siswa yang rumahnya cukup jauh dari sini. Nanti dilihat apa sebaiknya juga dibuat sekolah baru untuk mengakomodasi siswa di wilayah itu. Ini sekaligus saja, karena harus diperbaiki total," kata Muhadjir di SMP Negeri 2 Tanjung, Lombok Utara.

Bangunan Rusak, 31 Ribu Anak di Lombok Utara Tak SekolahPengungsi mengambil sembako dan air dari sumur di dusun mereka yang telah hancur akibat gempa. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu meminta sekolah-sekolah dan Disdik dapat segera melaporkan kondisi teknis bangunan terdampak gempa agar segera direhabilitasi.

Mekanisme pembenahan dapat dilakukan secara swakelola dengan menggunakan dana bantuan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud.


Saat memeriksa instalasi tenda-tenda pendidikan, Muhadjir menyampaikan beberapa saran perbaikan kepada tim posko pendidikan.

Agar suasana di dalam tenda menjadi lebih nyaman, Muhadjir menyarankan lokasi antartenda tidak terlalu berdekatan. Saat instalasi tenda optimal, sirkulasi udara di dalam tenda juga akan lebih baik dan lebih memperkokoh struktur tenda.

"Kita ingin agar siswa dapat kembali belajar dan tidak berlama-lama di pengungsian," ujarnya.

Bangunan Rusak, 31 Ribu Anak di Lombok Utara Tak SekolahTim Basarnas menyisir rumah warga yang hancur akibat gempa berkekuatan 7 SR pada Minggu (5/8) di Pamenang , Lombok Utara. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Pendidikan Tanggap Bencana

Menurut Muhadjir, penguatan pendidikan karakter (PPK) membuat edukasi tanggap bencana lebih mudah diselipkan. Sejak dini, siswa dapat dididik untuk lebih memahami bencana alam.

Konteks dan materi pembelajaran juga dapat disesuaikan dengan potensi bencana di tiap-tiap daerah.

"Sebetulnya dengan PPK, kurikulum sekolah menjadi terbuka. Jadi, semua pengalaman belajar yang perlu dibekalkan kepada siswa bisa diberikan sesuai dengan ekosistem atau lingkungan dia belajar," ujarnya.

Guru yang berada di lokasi potensial bencana, kata Muhadjir, dapat memodifikasi kurikulum agar membiasakan siswa melakukan mitigasi atau keterampilan hidup dalam kondisi bencana.

Sekolah dapat bekerja sama dengan berbagai lembaga seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau lembaga serupa setempat untuk menyelipkan materi tanggap bencana.

"Itu tidak dalam bentuk pelajaran. Tetapi dalam bentuk keterampilan hidup. Bisa diingatkan dan dicontohkan oleh para pendidik. Jadi, bisa diberikan setiap saat," ujarnya.

(pmg/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER