Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah lapangan terbuka di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), penuh pengungsi yang mendirikan tenda pascagempa dengan magnitudo 7,0 di
Lombok, NTB. Korban jiwa dilaporkan mulai ditemukan.
Dari pantauan Antara di Mataram, Senin (20/8) dini hari, lapangan yang dipenuhi oleh pengungsi itu antara lain halaman gedung TVRI, lapangan di dekat Islamic Center Jalan Udayana, dan Lapangan AURI.
Mereka mendirikan tenda darurat karena tidak berani untuk pulang ke rumah karena rangkaian gempa tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain di tanah lapang, warga juga tampak mendirikan tenda sekadarnya di atas trotoar, seperti di Jalan Majapahit, Mataram. Bahkan, tidak sedikit yang tidur hanya beralaskan tikar dan beratap langit terbuka.
Pada Minggu (19/8) pagi, warga terpantau sudah banyak yang meninggalkan tenda pengungsian karena gempa dianggap sudah reda.
Namun, mereka kembali ke pengungsian setelah dua kali gempa susulan pada Minggu (19/8) siang dengan kekuatan 5,4 SR dan 6,5 SR yang berpusat di Lombok Timur.
 Pengungsi beristirahat dalam tenda darurat di sekitar pemukiman di Lombok Barat, NTB, Senin (6/8). ( ANTARA FOTO/Zabur Karuru) |
Setelah itu, gempa dengan kekuatan 7,0 kembali menghantam Lombok, dan diikuti gempa-gempa yang lebih kecil kekuatannya.
Akibat gempa itu, sejumlah warga dilaporkan meninggal.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, Lalu Azhar mengatakan seorang warga Seteluk, Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB , meninggalakibat terkena reruntuhan bangunan.
Menurutnya, jenazah sampai sekarang masih di Puskesmas Seteluk. "Indetitasnya masih dalam proses identifikasi," katanya, dikutip dari Antara.
Di samping itu, seorang warga Desa Lengam, Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa, bernama Nur Asiah (36), pada Minggu (19/8) pukul 23.11 Wita, dilaporkan meninggal setelah kaget dan jatuh pingsan saat terjadi gempa dengan magnitudo 7,0 itu.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan warga panik akibat gempa yang dirasakan lebih kuat ini.
"Masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah di Lombok. Sebagian masyarakat histeris karena merasakan guncangan gempa yang lebih keras dibandingkan sebelumnya," ujarnya.
(arh)