Jakarta, CNN Indonesia -- Tembok pagar bangunan di atas lahan sekitar 900 meter persegi itu tampak kusam. Sebagian catnya mengelupas. Pintu pagar bercat hitam itu tertutup rapat. Suasana siang itu senyap.
Pada 21 Agustus 2018 lalu, sebuah situs jual beli rumah
online menawarkan rumah tersebut untuk disewakan. Harganya Rp450 juta per tahun.
"Bisa untuk kantor," demikian keterangan dalam situs itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam iklan itu juga disebutkan bahwa rumah tersebut memiliki luas bangunan 600 meter persegi, terdiri dari empat kamar tidur, tiga kamar mandi. Rumah itu juga terdapat Taman luas depan belakang, pos satpam, dan garasi.
"Ini rumahnya orang-orang Prabowo," kata seorang pedagang yang sehari-hari mangkal di dekat rumah tersebut.
"Sering ada orang-orang, ramai-ramai juga, mungkin rapat," katanya.
Rumah di Jalan Kemang V nomor 11A, Jakarta Selatan itu pernah digunakan sebagai lokasi rapat partai politik pengusung
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Pada 1 Agustus 2018, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani, Sekjen PAN dan Eddy Suparno, dan Sekjen PKS Mustafa Kamal, dan Sekjen Demokrat Hinca Pandjaitan menggelar rapat di rumah itu membahas teknis pendaftaran capres-cawapres.
Kantor media Independent Observer di Jalan Kemang V nomor 11a. (CNN Indonesia/LB Ciputri Hutabarat) |
Rumah itu kembali menjadi sorotan setelah di media sosial diramaikan kemunculan Surat Kabar
Independent Observer. Sebab dalam koran tersebut tertera alamat kantor redaksi di Jalan Kemang V nomor 11 A.
Di media sosial seliweran
screenshot halaman depan
Independent Observer viral di media sosial setelah menurunkan judul kepala
New Hope Vs Unfulifilled Promises. Warganet menyamakan koran tersebut dengan tabloid
Obor Rakyat. Bedanya,
Independent Observer berbahasa Inggris, Obor Rakyat berbahasa Indonesia, kata netizen.
Tabloid
Obor Rakyat sempat menghebohkan masyarakat pada Pemilihan Presiden 2014. Ketika itu, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla bertarung dalam perebutan kursi presiden dengan Prabowo-Hatta Rajasa.
Edisi pertama
Obor Rakyat muncul pada pada Mei 2014 dengan headline '
Capres Boneka'. Di tabloid itu juga terdapat karikatur Jokowi sedang mencium tangan Megawati Soekarnoputri.
Edisi kedua tabloid itu kembali beredar dengan judul
'1001 Topeng Jokowi'. Tabloid tersebut tidak hanya beredar masyarakat umum, tetapi telah sampai juga ke lingkungan pesantren dan pengurus mesjid.
Kepolisian kemudian mengusut usai menerima laporan dari Jokowi-JK melalui timsesnya. Kemudian pada 2016, Pemimpin Redaksi
Obor Rakyat Setriyadi Budiono akhirnya dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena dianggap telah mencemarkan nama baik.
Sementara koran Independent Observer dijual seharga Rp9.500 di sejumlah toko buku. Namun, sejak ramai di media sosial surat kabar tersebut sulit dicari.
CNNIndonesia.com memperoleh tabloid
Independent Observer edisi 31 Agustus-6 September 2018 dari salah satu toko buku di Jakarta Pusat.
"Belakangan lagi banyak yang
nyari, ini saja stok terakhir," kata seorang penjaga toko buku di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat.
Independent Observer nomor 33/Vol 01 itu menulis tentang persekusi terhadap sejumlah aktivis gerakan #2019GantiPresiden. Judul kepalanya
Democrazy Under Harassment dengan subjudul,
The Political Persecution in Indonesia.
Di halaman 8 koran itu tertera nama pengelola dan staf redaksi
Independent Observer. Tercatat nama Angga Raka Prabowo sebagai CEO, dan Irawan Ronodipuro sebagai Pemimpin Redaksi. HRGA Manager, A Bachren Bona Vory.
Selain itu, nama Budi Purnomo Karjodihardjo juga tercatat sebagai Senior Editorial Advisor bersama Byron Allen Black.
Dalam situs International Standard Serial Number (ISSN) LIPI,
Independent Observer masuk dalam kategori Koran Umum Nasional berbahasa Inggris dengan skala terbit mingguan. Keterangan di ISSN LIPI menyebutkan surat kabar tersebut menjadi jembatan informasi kepada masyarakat dengan berita yang jujur, serta terfokus kepada berita sosial, budaya, dan politik.
Konten berita meliputi National, Metropolitan, Politik, Bisnis, dan Keuangan, Entertainment, Lifestyle, Leisure, Intermezzo, Internasional, Embassy Talk, Social Culture, Education, Sports, Indepth, Infotech. Media berbahasa Inggris itu terbit dengan frekuensi 1 mingguan.
Mengantongi SK nomor 0005.2598103X/JL.3.1/SK.ISSN/, pengelola koran tersebut tercatat sebagai PT Media Pandu Bangsa. Nama pengelola adalah Angga Raka Prabowo yang beralamat Nirwana Estate Blok R nomor 5 RT 002/RW013, Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Atribut Partai GerindraCNNIndonesia.com menyambangi alamat pengelola di Nirwana Estate Blok R nomor 5.
Di rumah tersebut terdapat sejumlah atribut Partai Gerindra. Sebuah mobil ambulans berlogo Gerindra terparkir di rumah itu. Bahkan, terlihat satu motor patroli pengawal polisi di depan rumah tersebut.
"Ini rumah Pak Rudy Susmanto, temannya Pak Angga. Mereka memang kenal dekat," kata seorang ajudan Rudy.
 Kantor pengelola Independent Observer di Cibinong, Bogor. (CNN Indonesia/LB Ciputri Hutabarat) |
Rudy tercatat sebagai calon legislatif Dapil I Kabupaten Bogor dari Partai Gerindra. Rudy juga menjabat sebagai Ketua Nusantara Polo Club, sebuah komunitas olahraga berkuda.
"Betul di sini adalah alamat PT Media Pandu Bangsa dan mas Angga adalah pimpinannya," kata Rudy kepada
CNNIndonesia.com singkat.
Rudy mengatakan rumahnya hanya dipakai sebagai kantor
Independent Observer, sementara soal percetakan dia tak tahu menahu.
"Kalau percetakannya mungkin alatnya tidak muat di sini. Percetakannya di Jakarta," katanya.
Angga merupakan kader Partai Gerindra dan menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra. Hal itu, dibenarkan oleh Wakil ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad.
CNNIndonesia.com mencoba menghubungi Angga. Namun tak berbalas. Telepon dan pesan
WhatsApp yang dikirimkan tak direspons. Menurut informasi yang diperoleh
CNNIndonesia.com dia sakit, dan baru menjalani operasi. Angga belum berkenan untuk dimintai komentar soal
Independent Observer.Sementara Budi Purnomo Karjodihardjo membenarkan bahwa dirinya merupakan penasihat di koran tersebut. Budi pernah menjadi konsultan media Prabowo Subianto pada Pilpres 2014.
"Iya benar saya
advisor di sana. Saya juga baru dua kali ke kantornya," kata Budi kepada
CNNIndonesia.com.Namun, Budi kembali menegaskan dirinya hanya sebagai penasihat, dan PT Media Pandu Bangsa yang dimiliki Angga tak memiliki kaitan dengan jaringan media Media Pandu Bangsa yang dikelola olehnya, seperti
Pandubangsa.com.
"
Pandubangsa.com tidak ada kaitannya dengan PT Media Pandu Bangsa, penerbit koran
Independent Observer. Pandubangsa.com juga bukan media internal Partai Gerindra atau Pak Prabowo Subianto," kata Budi "Itu Dia organisasi yang berbeda. Yang satu PT yang satu bukan."
Kendati demikian, Budi tak menampik kabar yang menyebutkan dia kenal dengan Angga dan Irawan Ronodipuro. Nama Irawan tercatat dalam kepengurusan Partai Gerindra periode 2015-2020. Dia saat ini menjabat Ketua DPP Gerindra Bidang Hubungan Luar Negeri.
Selasa (4/9) sekitar pukul 14.30 WIB,
CNNINdonesia.com mendatangi Kantor Redaksi
Independent Observer di Kemang V nomor 11A. Namun, seorang penjaga keamanan mengatakan redaksi sudah pulang.
"Besok saja sekitar pukul 10.00 pagi, redaksi baru pada datang," katanya.
Menurut satpam tersebut, yang bisa memberikan keterangan adalah Bachren, yang tertulis di koran tersebut menjabat sebagai HRGA Manager.
Keesokan harinya, Rabu (5/9),
CNNIndonesia.com kembali mendatangi kantor redaksi, petugas keamanan justru melarang masuk.
"Maaf tidak boleh masuk," katanya.
Seorang pegawai yang mengaku bernama Roy kemudian berkata, "Tunggu Pimred, saja."
Sementara, saat dihubungi, melalui sambungan
WhatsApp seorang staf redaksi
Independent Observer hanya menjelaskan secara singkat soal media tersebut.
"Kami media profesional, nanti ada
official release dari Pimred," katanya.
Dia juga meminta agar publik dan media membaca konten Independent Observer.
"Sebaiknya dibaca saja dulu, biar tak menjadi fitnah. Kontennya bagus-bagus," katanya.
Staf tersebut tak membantah dan tak menjawab ketika ditanya soal kedekatan media tersebut dengan Partai Gerindra.
 Sufmi Dasco Ahmad. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan) |
Sufmi Dasco Ahmad juga tak menampik kedekatan pemilik
Independent Observer dengan partai berlambang Kepala Burung Garuda itu.
"Dalam konteks pemimpin perusahaan betul, itu memang kawan kita," kata Dasco kepada
CNNIndonesia.com.
Menurut Dasco tak ada yang perlu dipersoalkan dari
Independent Observer. Katanya setiap orang bisa saja memiliki media masing-masing termasuk Angga.
"Tapi saya sudah cek,
Independent Observer tak ada di bawah koordinasi badan komunikasi partai, artinya ini berdiri sendiri sebagai usaha," katanya.
Dia juga menegaskan media tersebut tak memiliki hubungan dengan Partai Gerindra. "Enggak ada persinggungannya sama sekali. Dan ini beda dari Obor Rakyat yang enggak jelas. ini kan jelas badan hukum perusahaannya jelas," kata dia.
Di satu sisi Dasco juga mengakui Prabowo telah mengetahui
Independent Observer. "Pak Prabowo biasa saja, memasalahkan enggak, melarang enggak, menyuruh juga enggak," katanya.
Sebuah postingan Instagram tertanggal 3 Maret 2018, menampilkan foto Prabowo Subianto sedang membaca
Independent Observer bersama sejumlah awak redaksi koran tersebut. Foto itu bisa diakses dengan hashtag #independentobserver.
Di foto itu terlihat Prabowo yang memegang koran itu dikelilingi belasan orang berseragam merah. Tampak pula, Angga Raka Prabowo dan juga Irawan Ronodipuro.
Wakil Ketua Umum Gerindra lainnya, Arief Poyuono juga membantah jika koran tersebut milik Partai Gerindra.
"Bukan," katanya kepada
CNNIndonesia.com.
Sikap Dewan PersAnggota Dewan Pers Jimmy Silalahi mengatakan pihaknya sedang menganalisisi koran
Independent Observer. Dewan Pers, kata dia, bakal melihat dua aspek untuk menilai koran yang sudah menghasilkan karya jurnalistik tersebut.
"Dewan Pers sedang benar-benar menilai komprehensif dari sisi kelembagaan dan perspektif substansial,” kata Jimmy.
Independent Observer belum terverifikasi oleh Dewan Pers. Menurut Jimmy dalam menilai sebuah media, tak lantas melulu dicek dari akreditasinya.
"Bagi kita yang paling penting bagaimana menjalankan kode etik, maka tidak ada problem kalau memang terlepas belum terverifikasi," lanjut dia.
Sebab, menurutnya bisa jadi ada media yang terverifikasi, namun tak berpedoman kepada kode etik jurnalistik. Sehingga, Dewan Pers sedang menilik sejauh mana koran ini patuh terhadap kitab suci jurnalistik.
"Walau sudah terverifikasi, bisa saja jatuh dan terkena sanksi etik. Akan lebih baik media ini mengikuti kode etik. Apalagi kalau kita bicara tahun politik," katanya.