Jakarta, CNN Indonesia -- Pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir disebut berdampak pada kinerja kepolisian. Sebab, aparat harus bekerja lebih keras untuk menjaga keamanan masyarakat dari potensi peningkatan kejahatan yang dipicu motif ekonomi.
Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai pelemahan rupiah memang tidak berdampak langsung pada tingkat kejahatan. Namun pengaruh terhadap perekonomian masyarakat dapat menjadi salah satu pemicu tindakan kejahatan masyarakat.
Pada perdagangan Rabu (5/9) siang lalu, rupiah terjun ke level Rp14.979, melemah dibandingkan sesi pembukaan perdagangan yang sempat berada di level Rp14.925 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level 14.927, melemah dibanding posisi kemarin yang masih berada di level Rp14.840 per dolar AS.
Neta menilai melonjaknya harga dolar AS dapat berakibat pada ekonomi yang semakin terjepit, lonjakan harga, investasi tidak berkembang, hingga penyerapan tenaga kerja rendah.
"Jika semua ini berakumulasi, otomatis kehidupan sosial masyarakat makin sulit dan akan muncul orang-orang yang mengambil jalan pintas untuk menutupi biaya hidupnya," ujarnya saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Kamis (6/9).
 Lima tersangka kasus begal, di Mapolda Lampung, Bandar Lampung, beberapa waktu lalu. ( CNN Indonesia/Rinaldy Sofwan Fakhrana) |
Saat masyarakat mencari jalan pintas itulah, kata Neta, angka kriminal akan meningkat. Artinya, pelemahan rupiah dinilai dapat membuat kepolisian repot dan bekerja keras untuk menghadapi angka kejahatan.
Neta menilai, tugas polisi akan lebih berat saat ini. Saat mereka kesulitan akan lonjakan harga, mereka pun harus mengamankan masyarakat dari tingginya angka kejahatan.
"Di satu sisi anggota Polri juga kesulitan dan kerepotan menghadapi lonjakan harga, di sisi lain mereka juga harus mengantisipasi lonjakan angka kejahatan," tuturnya.
Maka itu, kata Neta, Polri diharapkan dapat meningkatkan kegiatan patrolinya di daerah-daerah rawan dan strategis. Hal itu supaya potensi kejahatan dapat diredam sejak awal.
Kegiatan patroli yang perlu dilakukan salah satunya seperti
sweeping ke kelompok atau komunitas kejahatan.
"Selain itu kantong-kantong kejahatan dan komunitas-komunitas pelaku kejahatan perlu di-
sweeping kepolisian agar mereka tidak melakukan aksinya di tengah sulitnya perekonomian saat melonjaknya nilai dolar," ucapnya.
 Ilustrasi rupiah dan dolar AS. ( CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Motif EkonomiKasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Jerry Siagian mengatakan kejahatan jalanan terjadi tidak hanya karena pelemahan rupiah. Sejak tahun 1998 saat krisis moneter, Jerry mengatakan kejahatan jalanan pun sudah ada.
Bahkan saat dolar lemah pun kejahatan jalanan akan selalu ada. Menurut Jerry, kejahatan jalanan di era sekarang bukan dipengaruhi karena kebutuhan hidup tetapi lebih kepada kepentingan pribadi seperti konsumsi narkotika.
Dahulu, kata Jerry, kelompok kejahatan melakukan kejahatan seperti mencopet dan merampok toko emas memiliki motif pemenuhan kebutuhan hidup. Hasil kejahatan pun akan dibagi rata ke sesama anggotanya.
"Sekarang kami melihat tidak ke arah sana [faktor ekonomi], karena beberapa kali yang kita tangkap urine positif sabu dan [pelaku] remaja. Dulu orang dewasa karena memenuhi kebutuhan hidupnya. Dulu orang tidak rampok, yang ada copet, rampok toko emas yang nilainya bisa untuk dibagi dan untuk bertahan hidup," ujarnya saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Rabu (5/9) malam.
"Kalau pengalaman kami bila begal itu, begal jaman dulu tidak terpengaruh narkoba tapi hanya perut, dia hanya untuk cari makan. Kalau sekarang karena pengaruh narkoba, bisa kegilaan," tuturnya.
 Gedung Polda Metro Jaya. ( CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Jerry mengatakan kejahatan yang sedang tinggi saat ini adalah begal dan pencurian kendaraan bermotor. Biasanya aksi dilakukan hanya oleh satu atau dua orang.
"Jadi tidak ada kaitannya [kejahatan dengan pelemahan rupiah]," tandasnya.
(arh/osc)