Jakarta, CNN Indonesia --
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkap bahwa dukungan warga yang pro-demokrasi Pancasila dan kalangan Nahdlatul Ulama (NU) kepada pasangan calon presiden-wakil presiden
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menurun pasca gelaran
Ijtimak Ulama II.
Diketahui, gelaran Ijtimak Ulama II menyatakan dukungannya kepada Prabowo Subianto meski mantan Danjen Kopassus ini tak memilih ulama sebagai cawapres-nya sebagaimana rekomendasi Ijtimak Ulama I.
Survei LSI Denny JA ini sendiri dilakukan terhadap enam segmen. Yakni, kelompok Presidium Alumni 212 (PA 212), Nahdlatul Ulama, segmen Indonesia harus seperti negara Islam Timur Tengah, segmen Indonesia harus Demokrasi Pancasila, segmen muslim, dan segmen non-muslim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Segmen pro-Pancasila merupakan kelompok yang paling banyak respondennya, yakni 74,3 persen.
"Ijtimak Ulama II juga telah membuat dukungan dari segmen yang ingin Indonesia khas Pancasila terhadap Prabowo-Sandi turun. Awalnya dukungan terhadap mereka 30,4 persen sekarang 29,8 persen," kata Ardian Sopa, anggota tim riset LSI Denny JA, di Kantor LSI, Jakarta Timur, pada Kamis (27/9).
Penurunan dukungan yang drastis kepada Prabowo-Sandi juga terjadi dari segmen non-muslim. Pada bulan lalu, dukungan dari segmen ini mencapai 43,6 persen. Pasca-Ijtimak Ulama II, dukungannya hanya 28,6 persen.
 Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen |
Sebaliknya, Ijtimak Ulama II membawa sentimen positif bagi Prabowo-Sandi dari segmen responden yang ingin Indonesia seperti timur tengah (Negara Islam Timur Tengah). Segmen ini memiliki basis 12,5 persen dari total responden.
Ardian mengatakan bahwa turunnya dukungan dari kelompok ini disebabkan oleh persepsi bahwa Ijtimak Ulama II identik dengan pihak yang mendukung Indonesia seperti Timur-Tengah. Alhasil, kelompok ini mengalihkan dukungan kepada lawan Prabowo-Sandi.
"Di pemahaman mereka, Ijtimak ulama itu ideal dengan negara seperti Timur Tengah. Sehingga wajar jika mereka tidak ingin itu terjadi, mereka inginnya Indonesia itu tetap Pancasila," papar dia.
Di pihak lain, penurunan dukungan bagi Prabowo-Sandi membuat lawannya, Jokowi-Ma'ruf Amin mendapat peningkatan suara, dari yang sebelumnya 54,2 persen pada Agustus menjadi 54,8 persen pada September.
Selain itu, dukungan non-muslim kepada Jokowi-Ma'ruf meningkat cukup drastis dari 47,5 persen menjadi 56,8 persen.
Dukungan NUArdian menambahkan bahwa Ijtimak Ulama II juga berdampak pada penurunan suara NU bagi Prabowo-Sandi. Yakni, dari 27 persen ke 26,1 persen. Sementara, dukungan NU kepada Jokowi-Ma'ruf meningkat tipis dari 54,7 persen menjadi 55,5 persen.
Menurutnya, sedikit perubahan dukungan dari kalangan NU terjadi karena persoalan keberadaan kelompok Persaudaraan Alumni (PA) 212 di kubu Prabowo.
"Karena begini, ketika pendukung NU di sana [kubu Prabowo-Sandi] dilihat ada banyak pendukung PA 212, ia [NU] merasa itu bukan bagian dari dia," jelasnya.
Survei nasional LSI Denny JA dilakukan pada periode 14 September hingga 22 September 2018. Survei ini menggunakan metode
multistage random sampling dengan 1.200 responden di 33 provinsi dan
margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen.
Sebelumnya, survei Indikator Politik Indonesia pada 1-6 September 2018 mengungkapkan bahwa Jokowi-Ma'ruf memiliki
elektabilitas 57,7 persen, sementara Prabowo-Sandiaga hanya 32,3 persen.
Selain itu, survei Alvara Research Center pada 20-28 Juli mengungkapkan elektabilitas Jokowi mencapai 48,4 persen, sementara Prabowo mencapai 32,2 persen.
(kst/arh)