Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan alat pendeteksi gelombang pasang dan tsunami (
buoy) dan tide gauge, bukan merupakan bagian peringatan dini terhadap
tsunami.
"Tide gauge dan buoy itu sifatnya bukan untuk peringatan dini, ini yang harusnya diluruskan. Peringatan dini yang kami lakukan itu dengan pemodelan komputer yang diberikan paling lambat 5 menit setelah gempa terjadi," kata Dwikorita di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu (3/10).
Menurut Dwikorita, buoy dan tide gauge berfungsi untuk merekonfirmasi apakah tsunami benar-benar datang atau tidak, air laut sudah naik atau turun dan air sudah tiba di pantai atau telah surut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Dwikorita, buoy lebih cocok digunakan untuk pendeteksi tsunami jarak jauh. "Tapi kalau tsunami jaraknya dekat seperti di Palu itu lebih tepatnya adalah tide gauge. Itu dipasang di pantai, karena kita menduga tsunaminya sangat cepat," ujarnya.
Tsunami jarak dekat, kata dia, terjadi sangat cepat dan hanya berjarak beberapa kilometer atau ratusan meter dari bibir pantai. Saat tsunami di Palu kemarin, tide gauge disebut ada namun tak berfungsi.
"Alat itu ada, namun setelah terjadi gempa dan tsunami, alat itu tidak berhasil mengirimkan informasi ke BMKG. Saat itu kami belum mempunyai dasar untuk mengakhiri (peringatan dini). Kami mencari
back up sensor yang lain yang dipasang di Mamuju," katanya.
Atas kejadian itu, Dwikorita mengatakan BMKG bakal mengusulkan pengadaan tide gauge karena jumlahnya sangat terbatas di pantai-pantai Indonesia.
Selain itu, BMKG menyatakan alat-alat pendeteksi gempa dan tsunami lainnya yang mendesak untuk dipenuhi adalah seismograf berjumlah 200 buah, akselerometer dan radar tsunami.
"Karena kalau dengan buoy itu sangat lemah, agak lebih tepatnya kami berupaya mengembangkan inovasi memasang sensor yang ada di dasar laut jadi dengan kabel. Ini kerja sama dengan BPPT," ujarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Sutopo Purwo Nugroho sebelumnya menyebutkan 22 buoy tsunami milik Indonesia tidak berfungsi karena rusak.
Buoy merupakan pelampung berisi perangkat elektronik yang diletakkan di tengah laut untuk mendeteksi gelombang pasang dan tsunami.
(swo/wis)