Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan pengemudi
Gojek yang tergabung dalam Forum Komunitas
Driver Online Indonesia (FKD OI) menuntut agar perusahaan membatalkan keputusan pemutusan hubungan kemitraan secara sepihak atau penangguhan akun pengemudi.
Jika akun mereka tak dibuka lagi atau tak diberi akun baru, maka mereka siap menggelar demo besar-besaran di Kantor Gojek Indonesia di kawasan Pasaraya Jakarta pada Kamis (25/10).
"Kami akan serahkan data ke kantor Gojek. Teman-teman siap kawal? Bukan demo ugal-ugalan. Hanya mengantar untuk memberi mereka
pressure saja," ujar Mohammad Rahman Tohir, Ketua Umum FKD OI, di depan kawan-kawanya di kawasan Pancoran, Minggu (21/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sampaikan pendapat sesuai saja agar apa yang jadi harapan dan mimpi kita tercapai," imbuh dia.
Sebelumnya, FKD OI telah memberikan surat pada Gojek mengenai tuntutan mereka. Namun jika tak juga dipenuhi hingga Rabu (24/10), para eks
driver ini baru akan melancarkan demo.
FKD OI mengklaim telah mendaftar 5.000 orang di Jabodetabek yang akun Gojeknya ditangguhkan.
Jika tuntutan mereka masih tak dituruti pasca demo, mereka bersiap untuk melanjutkan ke meja hijau.
Fake GPSSementara itu, Rahman mengaku bahwa data yang dikumpulkannya menunjukkan dua pertiga pemilik akun yang dirumahkan Gojek menggunakan
fake GPS.
Meski memahami tudingan nakal dari perusahaan, Rahman menilai rekan-rekannya patut diberi kesempatan setidaknya sekali. Sebab, Gojek tidak memberikan solusi atas permasalahan yang ditimbulkan.
"Kita tahu
fake GPS tidak diperbolehkan oleh kantor, tetapi kita pakai aplikasi karena kita diminta kantor untuk berada di gang-gang. Kalau di pinggir jalan tidak enak dipandang, menyebabkan kemacetan. Belum lagi ada masalah dengan ojek pangkalan. Jadi kami gunakan
fake GPS untuk mendapatkan penumpang," ujar Rahman.
"
Toh kami tidak terlalu jauh dari lokasi, mungkin hanya 100 meter dari lokasi yang di
fake GPS. Jadi kalau disebut penumpang menunggu lama, tidak juga."
Dia mengatakan tak masalah "menyingkir" dari jalan asalkan mereka diberi wadah atau tempat mangkal yang layak, agar tidak menganggu pengguna jalan lain atau aman dari terik matahari dan hujan.
Mereka juga berjanji akan 'tahu diri' untuk tak lagi menggunakan
fake GPS jika diberi amnesti.
Para eks gojek juga ingin kerja keras mereka dihargai dengan rasa kemanusiaan sebagai mitra kerja.
Tak hanya perlu memperlakukan penumpang sebagai raja, perusahaan dimintanya untuk mempertimbangkan ribuan driver yang tidak memiliki pilihan pekerjaan lain.
"Menyebut kami
driver nakal ya sah-sah saja, tetapi kami hanya bekerja cerdas agar narik tidak terlalu lelah karena jam bekerja kami sangat panjang untuk bisa memperoleh target," kata Rahman.
Rahman juga mengerti jika mereka dianggap mencurangi rekan-rekannya yang berlaku adil tanpa GPS.
Sementara itu,
CNNIndonesia.com belum mendapat tanggapan dari Gojek mengenai hal ini.
(kst/agr)