Jakarta, CNN Indonesia -- Penataan kawasan
Tanah Abang, Jakarta, menjadi serupa dengan kawasan elite seperti
Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta, dinilai butuh waktu lebih lima tahun. Sebab, perlu banyak hal yang dibereskan untuk mengurai keruwetan, terutama faktor sosial.
Kawasan yang sering diasosiasikan sebagai pusat perekonomian Tanah Abang sendiri antara lain Pusat Grosir Metro Tanah Abang, pasar tanah Abang Blok A-G, hingga Stasiun Tanah Abang. Areanya mencakup, di antaranya, Jl. Jatibaru Raya, Jl. KH Mas Mansyur, Jl. Kebon Jati, Jl. Jembatan Tinggi.
Pantauan CNNIndonesia.com, lalu lintas di seputar kawasan Tanah Abang tampak padat di pagi hari kerja. Sepeda motor, mobil pribadi berlomba menyelinap mencari jalan menuju tempat kerja. Tak ketinggalan, bajaj dan bus kota berhenti di tepi jalan menanti penumpang tanpa peduli kemacetan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari arah berlawanan, para portir melaju di badan jalan mengangkut paket kain yang bertumpuk berbungkus karung putih dengan troli menuju pusat grosir. Alhasil, 'tabrakan' arus membuat kemacetan semakin panjang. Tak ketinggalan, mobil boks atau truk melakukan bongkar muat sambil memakan badan jalan.
Di lokasi terpisah, berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, Selasa (16/10), PKL memenuhi sekitar sepertiga trotoar atau pedestrian di dekat
skybridge yang tengah dibangun yang merupakan tempat pelintasan pemakai KRL Commuter Line Stasiun Tanah Abang.
Pagar berupa seng putih tampak membatasi pedestrian dengan Jalan Jati Baru. Antara seng dengan pedagang, lalu lintas manusia terjadi dua arah secara berhimpitan. Kemacetan pun terjadi saat pejalan kaki mampir sejenak menengok barang dagangan.
 Portir di Pusat Grosir Metro Tanah Abang. ( Adhi Wicaksono) |
Sejarawan JJ Rizal mengatakan Tanah Abang, yang kini menjadi pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara, mulanya adalah pasar kambing. Saat DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur Ali Sadikin (1966-1977), pasar kambing digeser ke belakang, dan bagian depannya berubah menjadi pasar tekstil.
Tanah Abang lantas menjadi pusat perekonomian yang berkembang pesat. Ada gula ada semut. Para pelaku Usaha Kecil Menengah dan Mikro ikut memenuhi kawasan ini. Tak terkecuali PKL. Banyak pula yang mendirikan hunian di sekitar kawasan ini. Masalahnya, belum semuanya tertata dengan baik.
Berbagai terobosan dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta dari masa ke masa untuk menata Tanah Abang. Misalnya, penertiban PKL yang tanpa ampun ala Gubernur DKI Basuki T Purnama alias
Ahok, ataupun penataan Tanah Abang ala Gubernur
Anies Baswedan dengan mengubah separuh badan jalan untuk PKL.
Terbaru, Direktur Utama PD Pembangunan Sarana Jaya Yoory C. Pinontoan mengatakan akan menata kawasan Tanah Abang menjadi sebuah kawasan tertata seperti SCBD.
Kendati demikian, Yoory menegaskan ikon Tanah Abang sebagai pusat grosir murah sudah dikenal secara internasional tetap akan dipertahankan dan tidak akan dihilangkan.
"Kekuatan itu akan kita pertahankan dengan konsep lebih baik, tidak seperti sekarang kan masih semrawut," ujarnya, Rabu (24/10).
Diketahui, SCBD merupakan kawasan
real estate yang terdiri dari gedung-gedung tinggi perkantoran dan apartemen. Misalnya, gedung Bursa Efek Indonesia, gedung Artha Graha, apartemen SCBD Suites dan Capital Residance. Jalanannya lebar dan mulus serta dilengkapi dengan
underpass, meski tetap sering macet. Yang jelas, tak terlihat PKL di trotoar. Para pedagang makanan dikumpulkan di satu area berupa
food corner.
Komentar Pedagang
Wahyu, seorang pedagang, berharap penataan Tanah Abang tak sampai menurunkan omset para pedagang akibat relokasi ke tempat yang tak ramai pembeli.
Senada, Nur, pedagang pakaian anak, mengaku setuju jika Tanah Abang jadi kawasan tertata. Jika kawasan itu menjadi grosir bertaraf internasional, katanya, omset pedagang pun akan naik. Namun, ia meminta, agar dalam rencana penataan itu pedagang dilibatkan.
"Biar sama-sama untung gitu lho," kata Nur. Sementara, Yana, seorang pembeli, sepakat dengan penataan itu karena mengaku memilih berjalan di kawasan yang nyaman. Sebab, trotoar saat ini dipadati dengan PKL dan bahkan sepeda motor.
Penyempurnaan
Pengamat tata kota Nirwono Joga mengatakan Pemprov DKI pada prinsipnya telah memiliki Rencana Detail Tata Ruang yang di dalamnya menjelaskan soal perencanaan kawasan Tanah Abang.
Hal itu tercantum dalam Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi. Pada pasal 113 dijelaskan salah satu tujuan penataan ruang kecamatan Tanah Abang adalah terwujudnya penataan pusat perdagangan tekstil berintensitas tinggi dengan skala pelayanan internasional yang terintegrasi dengan angkutan umum massal pada Kawasan Sentra Primer Tanah Abang.
Kemudian, pasal 124 mengatur tentang sejumlah rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya di Kecamatan Tanah Abang. Salah satunya yakni soal kawasan Sentra Primer Tanah Abang sebagai pusat kegiatan primer dengan fungsi pengembangan pusat perdagangan grosir skala daerah, nasional, dan internasional.
Nirwono berpendapat Pemprov DKI sebenarnya hanya tinggal menyempurnakan saja rencana yang sudah ada tersebut. "Tinggal menyempurnakan saja sebagai bahan penyusunan Rencana Induk Penataan Kawasan Tanah Abang, tinggal gubernur DKI mau meneruskan itu, tidak perlu membuat baru, tinggal dipertajam, dibuat tahapan pembangunan," tutur Nirwono kepada CNNIndonesia.com, Kamis (25/10).
Pakar tata kota Nirwono Joga meminta
Pemprov DKI Jakarta menyebut sejumlah hal yag harus diurai dan diepertimbangkan dalam melakukan penataan kawasan Tanah Abang. Pertama, perkembangan pasar digital atau
marketplace yang kini berkembang pesat.
Kedua, penataan kampung dan pemukiman padat penduduk di kawasan Tanah Abang yang disebutnya mesti diarahkan menjadi hunian bertikal. Tujuannya, agar tersedia Ruang Terbuka Hijau (RTH) baru.
Ketiga, integrasi moda transportasi di kawasan Tanah Abang agar memudahkan pengunjung datang ke kawasan tersebut. Keempat, ketersediaan lahan parkir di luar kawasan Tanah Abang agar pengunjung cukup berjalan kaki atau bersepeda di kawasan Tanah Abang.
Kelima, kondisi sosial budaya masyarakat. Sebab, kata Nirwono, kawasan Tanah Abang jelas memiliki latar belakang masyarakat berbeda dengan SCBD.
"SCBD menjadi kawasan yang eksklusif dan mewah, sementara Tanah Abang masih kental dengan unsur sosial budaya Betawi," ucapnya.
"Konsep 'kawasan tertata' harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan rencana pembangunan ke depan yang membawa kesejahteraan warganya," imbuh Nirwono.
Dia menilai untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah. Pemprov DKI, kata Nirwono bisa memulainya dengan melakukan sosialiasi kepada masyarakat Tanah Abang.
"Termasuk rencana konsolidasi lahan, rencana pengembangan ke depan, dan keuntungan apa yang bisa diperoleh masyakarat Tanah Abang," katanya. Nirwono memprediksi proses sosialisasi itu akan memakan waktu lebih dari lima tahun.