Kisah Tim DVI Berjuang Mencari Identitas Korban Lion Air

Bintoro Agung | CNN Indonesia
Sabtu, 03 Nov 2018 06:48 WIB
Ada kesibukan yang tak berhenti selama 24 jam di balik dinding RS Polri Kramat Jati. Tim DVI berjuang berusaha menemukan identitas para korban Lion Air JT-610.
Tim DVI berjuang berusaha menemukan identitas para korban Lion Air JT-610. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Identitas menjadi kata kunci yang menggerakkan sebagian besar kesibukan di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, sejak pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 di jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) lalu.

Petugas tim Disaster Victim Investigation (DVI) merupakan pusat dari kesibukan tersebut.

Tim DVI yang bekerja menangani kasus Lion Air JT-610 ini terdiri dari sejumlah pakar, mulai dari pakar odontologi, pakar patologi forensik, hingga ahli laboratorium asam deoksiribonukleat alias DNA. Semua spesialis ini bekerja untuk dua tim yakni tim antemortem dan tim postmortem.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agustinus merupakan kepala tim odontologi di tim DVI. Agustinus punya tanggung jawab terhadap tim yang khusus mencari dan memeriksa gigi dari jasad korban yang dioper ke RS Polri.


Meski sampai hari kelima pencarian pesawat dan penumpang hanya sebuah gigi yang ditemukan oleh tim evakuasi, tim odontologi sudah cukup sibuk mencari data antemortem.

Kesibukan personel DVI di bidang odontologi di RS Polri tampak betul saat pewarta diizinkan berkunjung ke Gedung Instalasi Pelayanan DVI, tempat mereka mengumpulkan data antemortem.

Banyak yang serius menatap sejumlah data sambil membolak-balik dokumen, ada yang sedang mewawancarai keluarga korban yang sedang melapor, ada pula yang sibuk menelepon untuk memastikan data lainnya lagi.

Personel DVI untuk antemortem sedang mencermati data geligi milik penumpang.Personel DVI untuk antemortem sedang mencermati data geligi milik penumpang. (CNN Indonesia/Bintoro Agung Sugiharto)

Agustinus mengakui pihaknya kini lebih sibuk menguber data antemortem. Hal demikian terjadi karena temuan geligi dari lokasi evakuasi sangat minim.

Guna mengakali situasi itu, Agustinus dan personelnya menghubungi dokter gigi yang memegang rekam medis gigi milik korban atau jika terpaksa meminta foto korban yang sedang tersenyum kepada keluarga.

"Minimal, at least, kita punya foto saat senyum, kalau ada dua yang mirip, paling tidak kita berani kalau harus terpaksa," ujar Agustinus.


Bergeser ke Gedung CT Scan Postmortem, ada Niken Budi Setywati, salah seorang dokter forensik di tim postmortem. Tugas Niken dan koleganya di tim ini merentang sejak kantong jenazah tiba di rumah sakit hingga pengambilan jaringan sel untuk dibawa ke uji DNA.

Tempat Niken bekerja memang relatif lebih santai pada siang itu. Ruang-ruang autopsi yang dingin itu kosong. Yang ada sejumlah benda hasil identifikasi dan aroma formalin yang menyelubungi satu ruangan.

Niken bercerita proses kerja timnya bermula dari pelabelan bagian tubuh dan benda yang ada dalam kantong jenazah.

Sejumlah uang terbungkus dalam kantong plastik yang merupakan temuan dari lokasi evakuasi Lion Air JT610.Sejumlah uang terbungkus dalam kantong plastik yang merupakan temuan dari lokasi evakuasi Lion Air JT610. (CNN Indonesia/Bintoro Agung Sugiharto)

Setelah melalui proses pendinginan, bagian tubuh yang tiba itu diperiksa oleh tim postmortem yang tiap unitnya tediri dari lima orang yakni, dokter forensik, gigi, ahli DNA, Inafis, dan fotografer.

"Untuk satu body bag ada satu tim yang menangani," ujar Niken.

Saat diwawancara, Niken memang agak santai karena belum ada kantong jenazah yang datang ke tempatnya. Namun hal itu tak berarti akan berlangsung lama.

Pasalnya mereka harus siaga mengantisipasi datangnya kantong jenazah yang sewaktu-waktu bisa datang dari Tanjung Priok atau Karawang. Bahkan ketika kantong jenazah datang dalam jumlah banyak, mereka akan menggelar pemeriksaan nonstop.

Tim DVI berjibaku sejak kantong jenazah yang dibawa tim Basarnas tiba di RS Polri Kramat Jati.Tim DVI berjibaku sejak kantong jenazah yang dibawa tim Basarnas tiba di RS Polri Kramat Jati. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Melupakan Lelah Sejenak


Selama peristiwa khusus seperti ini, tim DVI dituntut bekerja ekstra keras. Mereka menerapkan sistem jaga bergiliran untuk membagi waktu istirahat sekaligus agar pelayanan bisa berlangsung 24 jam.

Niken tak menampik bahwa situasi ini sangat menguras tenaga. Namun karena sudah terbiasa, ia tak begitu memusingkan beban kerjanya.

"Apalagi ini ibadah," jawab Niken sambil terkekeh.

Koordinator antemortem RS Polri Kombes Pol Saljiana bercerita bahwa timnya harus bersiaga 24 jam nonstop untuk melayani keluarga korban yang hendak melaporkan data yang berkaitan dengan korban.

Tim DVI telah menemukan identitas salah satu jenazah yang bernama Jannatun Cintya Dewi.Tim DVI telah menemukan identitas salah satu jenazah yang bernama Jannatun Cintya Dewi. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Sama seperti yang dikatakan oleh Agustinus sebelumnya, Saljiana mengatakan tim antemortem harus menggenjot tenaganya untuk memperoleh sebanyak mungkin data mengenai penumpang Lion Air JT610.

Sekecil apapun informasi dan waktu kedatangannya, Saljiana memastikan timnya siap menampung.

"Kita semaksimal mungkin melaksanakan sampai keluarga pulang. Ada yang sampai datang jam 2 malam loh kemarin itu," tukasnya.

Per 11 Oktober 2018 pukul 17.00 WIB, total 65 kantong jenazah, dengan 272 bagian tubuh di dalamnya, yang sudah tiba di RS Polri. Namun tim DVI belum mendapat informasi primer lain setelah berhasil mengidentifikasi jasad Jannatun Cyntia Dewi.

Sementara untuk data antemortem, tim DVI sudah menerima 189 laporan. Sebanyak 152 di antaranya sudah diambil sampel untuk dibawa ke uji laboratorium DNA. (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER