Jakarta, CNN Indonesia -- Putri proklamator Republik Indonesia (RI) Sukarno,
Megawati Soekarnoputri, menyindir warga negara Indonesia (WNI) yang tak menghormati dan menghargai
Merah Putih.Hal tersebut diungkapkan Megawati dalam pidato di hadapan Pengurus Pusat dan Anggota Purna Paskibraka Indonesia, Jakarta, Sabtu (10/11) malam. Ia mengatakan hal itu sama saja tak menghormati jasa para pendiri bangsa yang rela berkorban demi kemerdekaan Indonesia.
"Kalau sekarang ada yang mau ganti bendera kita, negeri kita dengan yang lain, saya tanya ke anak-anak muda, apakah siap mempertahankan negara ini? Saya harapkan, mulai malam ini, roh itu kembali, roh untuk mempertahankankan Merah Putih kita," ujar Presiden kelima RI tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, Megawati lalu mengenang kembali kisah bendera pusaka Merah Putih yang dikibarkan pertama kali saat proklamasi kemerdekaan RI dibacakan Sukarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia pada 1945 silam.
Bendera pusaka tersebut merupakan jahitan Fatmawati, istri Sukarno yang tak lain ibu dari Megawati. Mega mengaku saat proklamasi RI, dirinya belumlah lahir. Namun, ia mendapatkan cerita perjuangan darah dan semangat untuk mengibarkan merah putih itu langsung dari mulut sang ibu.
"Yang perlu tahu, mencari warna merah itu sulit dicarinya, kain putih banyak. [Akhirnya] ada waktu itu yang memberikan warna merah itu dari orang Jepang yang bersimpati kepada kita, dia pengusaha dan dia memberinya dan dijahit oleh ibu saya," kata Mega menuturkan asal muasal warna merah pada bendera pusaka Merah Putih.
Upaya mempertahankan bendera pusaka itu pun berlanjut saat masa agresi militer yang memaksa Sukarno sebagai presiden pertama RI memindahkan ibu kota sementara ke Yogyakarta demi mempertahankan kedaulatan negara.
Mega menceritakan, bendera pusaka diperintahkan dibawa ajudan Sukarno, Mayor Husein Mutahar ke Yogyakarta.
"Ibu saya bercerita. Sebelum kami pindah, ayah saya bilang ke Muntahar. Saya beri tugas kamu bawa Bendera Merah Putih ke Yogyakarta. Saya tak mau tahu gimana caranya, yang pasti harus selamat," kata Mega menirukan ucapan perintah Sukarno kepada Mutahar seperti yang diceritakan Fatmawati kepadanya.
Untuk mengakali musuh, bendera pusaka Merah Putih akhirnya dibagi dua sementara. Dan, baru disatukan kembali lembaran Merah dan Putih saat tiba di Yogyakarta.
"Bendera itu dibuka lagi, dipisah putih dan merahnya. Tentunya ini tak bisa dibawa satu orang. Tapi pendek ceritanya, bendera itu sampai juga di Yogyakarta. Dan ibu saya menjahitnya kembali," ungkap perempuan yang juga dikenal sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut.
Melihat peliknya perjuangan untuk mempertahankan Merah Putih sebagai bendera yang menandakan cita-cita bangsa merdeka, Mega menilai perjuangan dan pengorbanan ayah dan ibunya sangat heroik dan patut dicontoh generasi penerus bangsa Indonesia.
(rzr/kid)