Jakarta, CNN Indonesia -- Uang kertas rupiah berstempel
Prabowo beredar di masyarakat. Seorang warga, Desy Mahara (23) mendapat uang itu saat bertransaksi di sebuah toko, beberapa hari lalu.
Kepada
CNNIndonesia.com Dessy menunjukkan uang kertas pecahan Rp10 ribu. Di pinggir uang itu ada stempel berbentuk lingkaran bertuliskan
Prabowo: Satria Piningit, Heru Cakra Ratu Adil.
Uang kertas dengan stempel itu berdasarkan sejumlah laporan media juga pernah beredar pada Januari 2014 silam atau saat masa pemilihan presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Desy mengaku menerima
uang berstempel Prabowo itu dari aktivitas jual belinya di daerah Jakarta Barat.
"Ini uangnya dapat dari kembalian pas jajan," kata Desy kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (14/11).
Desy mengaku tidak mendapat paksaan apapun saat menerima uang tersebut. Dia menerima uang murni dari aktivitas jual beli.
"Tidak disuruh apa-apa. Tapi ini uang asli kok," lanjut dia.
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Roside menyebut peredaran uang itu sebagai serangan atau kampanye hitam terhadap pihaknya.
Andre menuding serangan itu dilakukan oleh kubu Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Ini cara lama, 2014, bahkan beberapa bulan lalu juga kan ditemukan. Kalau tidak salah di Manado. Ini
black campaign," kata Andre saat dihubungi
CNNIndonesia.com.Andre mengakui tak punya bukti kuat atas tudingannya bahwa kubu Jokowi-Ma'ruf yang menyebarkan kampanye hitam lewat uang berstempel Prabowo.
Tudingan itu hanya berdasarkan perilaku pasangan Jokowi-Ma'ruf yang menurut dia terlihat panik. Menurut Andre kepanikan itu tecermin dari pernyataan nyeleneh Jokowi dalam beberapa pekan terakhir.
Jokowi dalam beberapa pekan terakhir memperkenalkan sejumlah istilah yang menyulut polemik seperti 'politik genderuwo' dan 'politisi sontoloyo'. Pendampingnya, Ma'ruf Amin memicu polemik setelah mengibaratkan para pengkritik Jokowi dengan orang yang budek dan buta.
"Ya, mereka panik, presidennya baper. Cawapresnya panik juga. Makanya lakukan kampanye hitam, karena takut kalah," kata Andre.
Meski demikian Andre berkata pihaknya tak akan melaporkan kejadian ini ke Bawaslu.
"Kita sudah lapor banyak (ke Bawaslu) juga gak ada yang ditindaklanjuti, biarkan masyarakat menilai saja soal ini," ujarnya.
Bank Indonesia sudah mengimbau masyarakat yang menemukan uang berstempel capres agar menukarnya ke Bank Indonesia atau bank umum terdekat.
Bank Indonesia mengkategorikan uang itu sebagai uang tidak layak edar.
"Terkait informasi yang beredar di masyarakat mengenai uang rupiah asli dalam kondisi distempel maupun dicoret, uang rupiah tersebut tergolong dalam uang rupiah yang tidak layak edar, namun masih berlaku sebagai alat transaksi pembayaran," demikian keterangan Departemen Komunikasi Bank Indonesia di laman resminya.
Desy tidak tahu imbauan Bank Indonesia itu. Dia mengaku sudah menggunakan kembali uang tersebut untuk membeli suatu barang.
"Enggak tahu kalau enggak bisa dipakai. Malahan udah aku jajanin lagi uangnya dan diterima," ujar Desy.
(tst/ctr/wis)