Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan
Jokowi-Ma'ruf Amin, Agung Laksono menilai ucapan
Ma'ruf Amin soal 'budek dan buta' tak akan membuat elektabilitas pasangan nomor urut 01 itu menurun.
Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf diyakini tak turun karena pernyataan Ma'ruf bukan untuk menyinggung kondisi fisik seseorang, melainkan hanya sebuah kiasan.
"Oh, tidak [menurunkan elektabilitas]. Karena dia tidak tujukan pada [fisik] orang, lebih pada penegasan saja. Bahwa kami yakin, yang dimaksudkan kiai Ma'ruf bagi orang yang sudah mendengar dan berbicara," kata Agung di Kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (15/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Politisi senior Partai Golkar itu mengatakan Ma'ruf juga tak memiliki maksud untuk memanas-manasi kaum disabilitas lewat pernyataannya tersebut
Meski begitu, ia berharap ke depannya para anggota tim sukses lebih berhati-hati dan menghindari diksi-diksi politik yang bisa menyinggung masyarakat.
"Saya setuju kalau bahasa santun. Mudah-mudahan ke depan tidak terjadi seperti itu," kata dia.
Lebih lanjut, Agung mengatakan bahwa pasangan Jokowi-Ma'ruf merupakan pasangan ideal yang mengkombinasikan corak nasionalis-religius dalam satu kesatuan.
Menurutnya kehadiran Ma'ruf Amin sebagai cawapres dapat mengisi kekurangan yang dimiliki Jokowi sebagai pendampingnya.
"Beliau seorang ulama besar. Beluau juga sudah lama di dunia politik. Jadi beliau tahu betul. Saya berkeyakinan beliau bisa mengisi kekurangan dan kekosongan pada pak Jokowi," ungkapnya.
 Sejumlah penyandang tunanetra demo di kantor MUI, Rabu (14/11), menuntut Ma'ruf Amin minta maaf atas pernyataannya soal 'budek dan buta.' (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Ma'ruf melontarkan ucapan 'budek dan buta' saat acara peresmian posko dan deklarasi relawan yang mengatasnamakan Barisan Nusantara (Barnus) di kawasan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11) lalu. Dia mengalamatkan kata 'budek dan buta' itu kepada para pengkritik Jokowi.
Pernyataannya tersebut lantas berbuntut panjang. Ma'ruf di demo oleh rombongan kecil penyandang tunanetra di depan kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta dan dilaporkan ke Bawaslu, kemarin.
Ma'ruf telah mengklarifikasi pernyataannya itu dalam sejumlah kesempatan. Intinya, dia mengatakan bahwa ucapan 'budek dan tuli' tidak merujuk pada fisik. Melainkan merujuk pada dalam Alquran. Yang dimaksudnya adalah 'ṣummum, bukmun, 'umyun', yang tertera di surat al-Baqarah (2):18.
"Artinya orang yang tak mendengar, orang yang tak mau melihat, yang tak mau mengungkapkan kebenaran itu namanya bisu, budek, buta," papar Kiai Ma'ruf.
"Jadi itu bahasa 'kalau' ya. Saya tak menuduh orang, atau siapa-siapa. Saya heran, kenapa jadi ada yang tersinggung. Tak menuduh dia, kok," katanya menambahkan.
(rzr/wis)