ANALISIS

Reuni 212 dan Potensi Stagnan Elektabilitas Prabowo

CNN Indonesia
Senin, 03 Des 2018 13:36 WIB
Meski jumlah peserta di Reuni 212 terbilang besar, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto disebut tak meraih pemilih baru karena yang hadir cuma pemilih lama.
Aksi reuni 212 di Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Minggu (2/12). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Reuni Aksi 212 di Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (2/12), memberi panggung yang besar kepada calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto. Namun hal itu dinilai tak berarti membuat elektabilitasnya melonjak. Gelaran itu dianggap hanya memelihara pemilih lamanya.

Pada aksi Minggu (3/12), beberapa kali tokoh-tokoh yang hadir mengajak peserta aksi bernostalgia ke tahun 2016, ketika aksi serupa dianggap berhasil menumbangkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Selain berhasil menyeret Ahok ke jalur hukum, aksi tersebut menggagalkan sang petahana dalam Pilkada DKI 2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenangan itu coba diwujudkan kembali dalam Reuni Akbar 212. Dewan Pembina Tunggal PA 212 Rizieq Shihab melontarkan pernyataan politik jarak jauh dalam ajang reuni alumni 212 itu dari kediamannya di Arab Saudi.

"Bahwasanya di Pilpres haram memilih capres dan caleg yang diusung partai yang diusung partai penista agama," kata Rizieq dalam rekaman yang diputar dalam Reuni Akbar 212 pada Minggu (2/12).

Direktur Program lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas mengatakan ada intensi Reuni Akbar 212 untuk mengulang kejayaan. Kali ini targetnya mengantarkan Prabowo ke Pilpres 2019.

Namun, ucapnya, aksi kali ini tidak akan memiliki dampak yang sama dengan Pilkada DKI 2017. Menurutnya tak ada 'tsunami politik' seperti kasus penistaan agama oleh Ahok.

Sirojudin menyebut efek elektoral yang dihasilkan juga tidak besar. Pasalnya peserta aksi kemarin adalah pendukung lama Prabowo.

"Saya kira yang hadir memang pendukung Partai Gerindra, PKS, atau PAN yang memang sudah dukung Prabowo dari awal. Dugaan saya kecil kemungkinan ada pendukung baru dari gerakan itu karena yang sudah commited sejak 2016," ujar Sirojudin kepada CNNIndonesia.com, Senin (3/12).

Sirojudin mengatakan aksi ini tidak akan membuat elektabilitas Prabowo melesat. Bahkan, saat ini ada kecenderungan penurunan elektabilitas Prabowo. Reuni Akbar 212, katanya, hanya menjaga elektabilitas Prabowo di level yang sama.

Memisahkan Diri

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER