Jakarta, CNN Indonesia --
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak Rabu, 27 Juni 2018. Pesta demokrasi untuk memilih gubernur, wali kota dan bupati digelar di 171 daerah, yang terdiri dari 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota.
Pilkada tahun ini menjadi 'kuburan' bagi sejumlah petahana. Banyak calon kepala daerah, terutama untuk pemilihan gubernur, yang bertatus petahana tumbang dalam pemilihan.
Hasil rekapitulasi perhitungan suara menunjukkan hanya dua dari 12 petahana yang menang konstestasi. Sisanya, para petahana 'tumbang' dari para lawan-lawannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua petahana yang berhasil melanjutkan kepemimpinannya itu hanya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang masih memerahkan Jawa Tengah sebagai basis PDIP dan pasangan gubernur-wakil gubernur Papua Lukas Enembe-Klemen Tinal.
Sementara itu, petahana yang tumbang diantaranya di Pilgub Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, Bali dan Riau. Hal serupa dialami petahana yang bertarung di Pilgub NTT, Maluku Utara, Maluku, dan Sulawesi Selatan.
Di Jawa Barat, wakil gubernur Deddy Mizwar yang berpasangan dengan Dedi Mulyadi kalah dari pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang meraih 32,88 persen suara.
 Pelantikan sembilan gubernur dan wakil gubernur hasil Pilkada Serentak 2018. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Sementara di Riau, petahana gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman yang berduet dengan Suyatno dikalahkan oleh pasangan Syamsuar-Edy Nasution yang meraih 38,20 persen suara.
Di Jawa Timur, petahana wakil gubernur Saifullah Yusuf yang berpasangan dengan Puti Guntur Soekarnoputri juga tumbang. Perjalanan mereka harus dikubur oleh pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak yang meraih 51,49 persen suara.
Petahana juga keok di Pulau Bali. Ida Bagus Rai Dharmawidjaya-I Ketut Sudikerta turut takluk atas pasangan Wayan Koster-Tjok Oka Artha. I Ketut Sudikerta kala itu masih tercatat sebagai wagub Bali.
Di Sumatera Selatan, wakil gubernur Sumsel, Ishak Mekki yang maju bersama Yudha Pratomo turut takluk dari pasangan Herman Deru-Mawardi Yahya.
Nasib serupa juga dialami gubernur dan wakil gubernur Lampung. Muhammad Ridho Ficardo-Bachtiar Basri yang merupakan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung yang tengah memimpin tidak dapat melanjutkan masa kepemimpinan di periode selanjutnya lantaran takluk oleh pasangan Arinal Djunaidi-Chusnunia.
Sedangkan di Pilgub Nusa Tenggara Timur (NTT), pasangan Benny K Harman-Benny Alexander kalah dari pesaingnya Viktor Laiskodat-Josef Adreanus Nae yang meraih 35,60 persen suara. Benny Alexander sendiri tercatat saat itu merupakan wagub NTT.
Di Sulawesi Selatan, wakil gubernur yang maju sebagai cagub yakni Agus Arifin Nu'Mang berpasangan dengan Tanribali kalah telak atas rivalnya Nurdin Abdullah-Andi Sudirman. Kala itu Agus-Tanribali hanya memperoleh 9,85 persen suara, kalah telak dari pasangan Nurdin-Andi yang memperoleh 43,87 persen suara.
Hingga berakhirnya batas waktu pengajuan gugatan yang diperpanjang dua hari, pada Jumat 13 Juli, sebanyak 67 permohonan Penyelesaian Hasil Pilkada Serentak 2018 telah masuk ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Dari hasil permohonan itu, MK memutuskan untuk diadakan pemungutan suara ulang di beberapa daerah yang mengikuti pilkada. Hal itu terjadi lantaran hasil rekapitulasi perhitungan suara di beberapa wilayah yang bersengketa dinyatakan tak sah.
Wilayah yang mengikuti pemungutan suara ulang pada Pilkada 2018 itu diantaranya Pilgub Maluku Utara, Pilwalkot Cirebon, Jawa barat, Pilbup Sampang, Jawa Timur dan 12 TPS di Kabupaten Deiyai, Papua.
Presiden Joko Widodo sendiri telah melantik sembilan pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih dari Pemilihan Kepala Daerah 2018 pada Rabu 5 September 2018 lalu.
Pasangan gubernur dan wakil gubernur yang tela dilantik diantaranya pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum sebagai pemenang Pilkada Jawa Barat, Sutarmidji-Ria Norsan sebagai kepala daerah terpilih dari Kalimantan Barat.
Lalu terdapat Pasangan kepala daerah terpilih dari Sulawesi Tenggara Ali Mazi-Lukman Abunawas, dari Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah-Sumarsono, dan Nusa Tenggara Timur pasangam Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi.
Selain itu, pemenang Pilkada Papua Lukas Enembe-Klemen Tinal, Sumatera Utara Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah, Jawa Tengah Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen, dan Bali I Wayan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardana.
Dalam pelaksanaan Pilkada 2018, masalah keamanan, baik secara fisik maupun gangguan siber turut disoroti. Beberapa wilayah sempat menunda pelaksanaan pencoblosan karena alasan keamanan.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyebut penyelenggaraan Pilkada serentak 2018 di dua kabupaten di Papua yakni Nduga dan Paniai sempat tertunda karena alasan keamanan.
Untuk kasus Kabupaten Paniai, pemilihan bupati ditunda lantaran ada permasalahan pencalonan yang berimplikasi pada aspek keamanan. Saat itu Pilkada Kabupaten Paniai terpaksa ditunda karena KPUD Provinsi menghendaki dua calon, sementara pihak KPUD Kabupaten dan masyarakat menghendaki satu calon.
Melihat ketegangan itu, Kapolri Jendral Tito Karnavian menyiapkan personal gabungan TNI dan Polri untk mengamankan wilayah tersebut.
Masalah berbeda terjadi di Kabupaten Nduga, Papua. Di wilayah tersebut, terjadi terror yang didalangi oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebelum masa pencoblosan.
Dampaknya, logistik Pilkada hanya tersalurkan di ibukota kabupaten dan masyarakat takut untuk melaksanakan pencoblosan.
Masalah tak berhenti di situ, gangguan siber turut menyerang situs resmi milik KPU yakni infopemilu.go.id sejak hari pencoblosan Pilkada serentak.
Laman penghitungan hasil riil count Pilkada serentak di sejumlah daerah itu sempat tak bisa diakses karena banyak serangan siber.
“Memang tidak ada serangan yang pengaruhi perolehan suara. Terakhir (serangan tersebut) terjadi tadi pagi, hampir setiap menit diserang. Jelas berpengaruh kinerja kami terjadi pelambatan, harus on off,” kata Ketua Komisioner KPU Arief Budiman.
Terhitung situs itu sempat down selama empat hari dan tak bisa diakses oleh masyarakatuas. Beberapa pihak lantas menyarankan KPU untuk melakukan pembenahan terhadap system informasi yang dimilikinya agar kejadian serupa tak kembali terulang.