Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional (BPN)
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno,
Hashim Djojohadikusumo, menyebut kekesalan
calon presiden nomor urut 02 itu kepada media bukan bentuk strategi politik ala Presiden Amerika Serikat
Donald Trump.
Diketahui, Trump menggunakan strategi menyerang media dengan sebutan 'fake news' dan sejenisnya sejak Pilpres AS 2016. Hal itu dipandang sebagai bagian strategi kampanye untuk membuat pemilih beralih dari media
mainstream kepada media sosial serta menyebar pesimisme.
Menurutnya, hal itu terkait dengan objektivitas media, terutama yang dimiliki oleh politikus yang memimpin partai politik tertentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bisa katakan ini bukan strategi. Ini tidak dirancang," kata Hashim, saat menjawab pertanyaan soal strategi politik di balik sejumlah 'serangan' Prabowo terhadap media, di kantor redaksi
CNNIndonesia, di Jakarta, Kamis (20/12).
 Hashim Djojohadikusumo. (CNN Indonesia/Oscar Ferry) |
Hashim menyebut Prabowo dan Sandi sudah merasakan ketidakadilan dalam pemberitaan terhadap pihaknya. Misalnya, menutupi pemberitaan terkait Reuni 212 yang diklaimnya dihadiri oleh 11 juta orang.
"Ini dirasakan Prabowo dan Sandi, juga saya, seolah-olah sebagian dari media tidak
fair, tidak adil. Bukan rahasia lagi sebagian dari media ada hubungan dengan partai tertentu, saya kira sudah jelas, memang tidak ditutupi, ada kelompok media yang dimiliki salah satu partai, terus ada satu lagi [dimiliki] partai lain," tuturnya, tanpa merinci nama medianya.
"Bahwa ternyata mereka tidak objektif, seolah menutup berita tentang Prabowo-Sandi, bahkan Reuni 212 juga ditutup," imbuh Hashim, yang merupakan adik kandung Prabowo itu.
Prabowo sebelumnya sempat geram karena banyak media tak meliput Reuni 212, di Monumen Nasional (Monas), Minggu (2/12). Selain itu, Prabowo mengeluhkan soal pemberitaan tentang jumlah massa Reuni 212.
"Saya katakan, hei media-media yang tidak mau mengatakan ada belasan juta orang atau minimal berapa juta orang di situ, kau sudah tidak berhak menyandang predikat jurnalis lagi. kau boleh kau cetak, boleh kau ke sini dan ke sana, saya tidak mengakui anda sebagai jurnalis," ujar Prabowo, di Hari Disabilitas Internasional, Rabu (5/12).
Selain itu, ada sejumlah pernyataan keras Prabowo kepada media dan para jurnalis sejak sebelum Pilpres 2014.
(arh/sur)