Ahok sang Pemicu Rentetan Aksi Bela Islam dan Nama Besar 212

CNN Indonesia
Selasa, 22 Jan 2019 09:48 WIB
Pernyataan Ahok memicu aksi berjilid-jilid, termasuk yang paling besar, 212. Nama 212 seakan menjadi brand tersendiri yang tak kunjung lekang hingga kini.
Reuni Aksi 212 di Monas. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Setelah sukses 'menumbangkan' Ahok, Presidium Alumni 212 (PA 212) tak mengendurkan manuvernya. Posisi tawar yang naik karena Aksi Bela Islam membuat kelompok ini menjadi dirijen gerakan massa antirezim Jokowi.

PA 212 juga jadi organisasi di balik beberapa Reuni 212 pada 2017 dan 2018, aksi tolak Facebook, dan aksi menuntut penangkapan Sukmawati Soekarnoputri.

Organisasi ini pun sempat pecah di awal 2018. Tak ada lagi musuh bersama setelah Ahok dan suasana di tahun politik membuat pucuk pimpinan PA 212 berpencar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ansufri Idris Sambo dan barisannya memisahkan membentuk Garda 212. Sambo sempat menyebut pembentukan Garda 212 tak terlepas dari politik praktis.

Kemudian Aminudin dan kawan-kawan tetap bersikukuh bertahan dengan Presidium Alumni 212. Ia mengklaim gerakan ini sebagai wadah yang direstui Rizieq Shihab yang hengkang ke Arab Saudi.

Barisan paling besar di bawah kepemimpinan Slamet Maarif, mengubah nama menjadi Persaudaraan Alumni 212. Pergantian nama dilakukan lewat Musyawarah Nasional yang digelar 25-27 Januari 2018.

Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif.Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Dalam barisan ini, ada sejumlah tokoh yang sedari awal jadi motor gerakan 212, seperti Amien Rais, Slamet Ma'arif, Al Khaththath, Eggi Sudjana, dan Bernard Abdul Jabar.

"Yang mendapat rekomendasi, atau izin, atau amanat dari Habib Rizieq, hanya Persaudaraan Alumni 212," kata Eggi di Jakarta Selatan, 27 Januari 2018.

Sejak saat itu, PA 212 di bawah kepemimpinan Slamet Maarif jadi kepanjangan tangan Rizieq. Mereka mulai menunjukkan kecondongan sikap politik mereka ke lawan-lawan Jokowi, yakni Gerindra, PKS, PAN.


GNPF MUI juga berubah nama menjadi GNPF Ulama. Bersama PA 212 dan GNPF Ulama memfasilitasi perintah Rizieq untuk menggelar Ijtimak Ulama pada 27-29 Juli 2018. Gelaran itu bertujuan menentukan sikap dukungan 'ulama' terhadap kandidat di Pilpres 2019.

Ijtimak Ulama menghasilkan rekomendasi duet Prabowo Subianto-Abdul Somad. Namun hasil itu tidak digubris. Prabowo memutuskan maju dengan menggandeng Sandiaga Uno.

Kemudian Ijtimak Ulama II pun digelar pada 16 September 2018. Gelaran itu merevisi rekomendasi dukungan sesuai pilihan Prabowo dengan sejumlah syarat.

Politikus PAN Amien Rais menjabat Ketua Dewan Penasehat Pengurus Pusat Persaudaraan Alumni 212.Politikus PAN Amien Rais menjabat Ketua Dewan Penasehat Pengurus Pusat Persaudaraan Alumni 212. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Sikap politik PA 212 dan GNPF Ulama pun semakin kentara setelah itu. Beberapa tokoh, seperti Slamet Maarif, Yusuf Muhammad Martak, Eggi Sudjana, dan Al Khaththath masuk Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.

Hal ini menimbulkan perpecahan kembali di tubuh PA 212. Sejumlah tokoh memutuskan keluar dari PA 212. Yang terbaru, Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Usamah Hisyam memilih memilih mundur dari jabatan anggota Penasihat PA 212 karena menilai gerakan PA 212 sudah terkontaminasi dengan politik praktis dan menghilangkan perannya sebagai pengawal syariat Islam.

(dhf/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER