Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Program Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan
Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Aria Bima menilai calon wakil presiden nomor urut 01
Ma'ruf Amin lebih jago berdebat dibandingkan dengan calon wakil presiden nomor 02
Sandiaga Uno.
Hal itu ia sampaikan untuk menjawab persiapan Ma'ruf Amin dalam menghadapi debat kandidat cawapres melawan Sandiaga yang akan digelar pada 17 Maret 2019 di Hotel Sultan, Jakarta.
"Oh Pak kiai [Ma'ruf] namanya kiai kan jangan anu ya, jangan menilai Pak kiai itu tidak lebih jago [berdebat] dari Sandi loh ya," kata Aria saat ditemui di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta, Senin (21/1).
Debat putaran ketiga akan mempertemukan kedua kandidat cawapres. Debat itu nantinya akan mengangkat tema tentang Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan serta Sosial dan Kebudayaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Politikus PDIP itu meyakini Ma'ruf akan mengungguli Sandiaga dalam debat cawapres meski tanpa kisi-kisi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Ia bahkan menyinggung Sandiaga tak terlihat hebat saat debat capres cawapres putaran pertama dalam mengolah berbagai program yang akan dibawa oleh pasangan tersebut.
"Visi-misi saja tidak ngerti batasannya. Yang diceritakan kasus-kasus yang ditemui digeneralisasikan. Kritik program apa kritik kegiatan?" Kata Aria.
Aria bahkan menantang agar transkrip jawaban antara Sandiaga dan Ma'ruf di debat putaran pertama dapat disandingkan ke publik.
Hal itu bertujuan untuk membandingkan kualitas jawaban calon wakil presiden. Dia menganggap jawaban-jawaban yang dilontarkan Sandiaga tidak subtantif.
"Saya tidak melihat kehebatan sandi kecuali mukanya yang sehalus Ira Koesno," sindir Aria.
Meski begitu, Aria menegaskan pihaknya akan mempersiapkan sebaik mungkin persiapan Ma'ruf Amin untuk melawan Sandiaga di debat putaran ketiga.
Salah satunya, kata dia, Ma'ruf akan dibekali materi pencapaian empat tahun pemerintahan Jokowi dan program yang akan dibawa jika kelak memerintah negara Indonesia.
 Ma'ruf Amin mendapat arahan saat jeda debat Pilpres 2019. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Catatan untuk Ma'rufMa'ruf sepekan ke depan dijadwalkan bersafari politik ke Banten dan Jawa Timur pada rangkaian kampanye Pilpres 2019.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menyarankan Ma'ruf untuk lebih bekerja keras berkampanye dengan menyasar kelompok Nahdhatul Ulama.
Dukungan NU merupakan salah satu cara untuk meningkatkan elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf yang masih lemah di Jawa Barat dan Banten.
"Kiai Ma'ruf harus memanfaatkan waktu tiga bulan ini untuk berkampanye door to door menyapa masyarakat, khususnya kalangan Nahdliyin. Perlu usaha keras untuk meningkatkan kepedulian mereka, karena menurut survei, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf lemah di Jawa Barat dan Banten," kata Ujang dalam keterangan tertulis, Senin (21/1).
Ujang menilai suara Jokowi-Ma'ruf masih lemah di Banten dan Jawa barat karena maraknya kabar bohong (hoaks) yang sengaja dihembuskan pihak tak bertanggungjawab di kedua wilayah itu.
Pendekatan melalui 'serangan darat' secara door to door penting dilakukan Ma'ruf untuk meredam dan meminimalisir hoaks di kedua wilayah tersebut.
"Makanya serang melalui darat dengan turun langsung ke lapangan. Paparkan konsep kejahteraan, termasuk program yang sudah sukses dilakukan Jokowi dalam program PKH, KIS, KIP, dan lain-lain," kata dia.
Ujang menilai peranan kelompok NU sangat signifikan untuk mendongkrak perolehan suara Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
Lembaga Survei Indonesia pada 2013 merilis data bahwa dari 249 juta penduduk Indonesia yang mempunyai hak pilih, sekitar 36 persen atau 91,2 juta di antaranya mengaku sebagai warga NU.
Terlebih lagi, kata Ujang, Ma'ruf seharusnya bisa memainkan figurnya sebagai ulama kharismatik NU untuk menggenjot soliditas dan elektabilitasnya di kalangan Nahdliyin.
"Jadi jika grasroot NU digerakkan dengan maksimal, maka akan bisa menggenjot elektabilitasnya. Rasa ke NU-an akan menyolidkan kaum santri terutama yang berbasis NU dalam mendukung kiai Ma'ruf," kata dia.
(rzr/gil)