Jakarta, CNN Indonesia -- Manajer Pemantauan
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Alwan Ola Riantoby menyebut
debat calon presiden kedua, pada 17 Februari, tak menyajikan pandangan alternatif atau
second opinion terhadap data yang disajikan oleh calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo.
Ia pun menilai capres nomor urut 02 Prabowo Subianto pun hanya berorasi, sementara Jokowi sedang menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ).
"Harapan kami di debat ketiga, keempat, kelima nanti ada
second opinion dari calon [presiden nomor urut] 02, [agar] Jokowi tidak seperti laporan pertanggungjawaban, Prabowo [seperti] orasi," kata Alwan, di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jakarta Selatan, Kamis (21/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harus ada
second opinion dari [capres nomor urut] 02. Petahana kan dominan pakai data apa yang dikerjakan, 02 harusnya bisa memanfaatkan data dari teman-teman NGO [Non-governmental Organization] dan CSO [Civil Society Organization]," ia menambahkan.
Alwan menjelaskan NGO atau CSO seperti pegiat lingkungan dan agraria menyajikan data yang tidak selalu sejalan dengan data yang didapatkan pemerintah.
Menurutnya, informasi-informasi dari organisasi itu berguna bisa bagi pendidikan politik terhadap masyarakat. Artinya, masyarakat bisa melihat kekurangan pemerintah dari data yang dipaparkan oleh kubu lawan.
"Sehingga apa yang dilakukan pemerintah dan kekurangannya bisa muncul, ini kan didebat kedua tidak muncul," tambahnya.
Alwan juga belum melihat bahwa Jokowi belum menggunakan data pembanding dari LSM yang digunakan dalam debat.
"Kami melihat bahwa tidak ada persiapan ke ruang [pemakaian data LSM] itu, apa TKN, BPN, tidak memikirkan sampai ke sana. Harapan kami di debat ketiga, empat, lima nanti ada
second opinion," ujarnya.
Sebelumnya, peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai retorika Prabowo lebih didasari oleh pengandaian-pengandaian, tanpa argumentasi terbaru. Hal ini disebutnya memiliki kemungkinan blunder.
"Beretorika kalau itu didasari argumen yang aktual itu sah saja, namun saya lihat kemarin narasi Prabowo hanya diukur pada retorika pengandaian-pengandaian tertentu yang itu bisa benar dan tidak, dan itu bisa menjadi blunder," kata Wasis saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (18/2).
Sedangkan Jokowi dinilai mampu menyerang balik dengan menggunakan data-data yang dihasilkan dari program dan pekerjaannya saat menjabat sebagai presiden.
[Gambas:Video CNN] (arh)