Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemilihan Umum (
KPU) telah mengunggah video iklan kampanye dua pasangan calon presiden dan wakil presiden 2019 ke akun resmi media sosial
Youtube pada Senin (25/3). Capres
Joko Widodo tampil dominan dalam iklan kampanyenya hingga memunculkan kesan ideologi bapakisme, romantisme era Orde Baru.
KPU memberikan porsi masing-masing pasangan capres-cawapres untuk menampilkan tiga iklan kampanye dalam satu video berdurasi 1 menit 30 detik.
Pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin membuka video iklan kampanye dengan menampilkan program tiga kartu baru yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Kartu Pra-Kerja, dan Kartu Sembako Murah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian pada video selanjutnya, pasangan yang diusung enam partai politik PDI Perjuangan, PPP, Golkar, Hanura, NasDem, dan PKB ini membahas tentang figur seorang bapak.
Pesan yang disampaikan adalah memilih presiden sama seperti memilih figur bapak. Lalu disampaikan juga pesan bahwa bapak yang baik harus peduli dan hadir saat dibutuhkan.
Sedangkan video terakhir pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 ini menampilkan sosok Jokowi yang tengah berpidato untuk menyampaikan kesiapannya bersama Ma'ruf untuk memimpin dan menjadikan Indonesia maju di masa mendatang.
Penampilan Ma'ruf dalam seluruh video iklan kampanye terbilang minim. Video itu lebih banyak menampilkan kegiatan-kegiatan Jokowi saat bertemu dengan masyarakat.
Sementara itu, kubu pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno membuka video iklan kampanye dengan menyatakan kesiapan untuk berjuang untuk seluruh rakyat Indonesia.
Prabowo dalam video itu pun menyampaikan kembali beberapa visi dan misi pemerintahannya mendatang.
Di video kedua tidak banyak pesan yang disampaikan. Video hanya menampilkan kegiatan Prabowo dan Sandi saat bertemu dengan masyarakat, diisi dengan latar belakang sebuah lagu yang diperkirakan dibuat oleh tim sukses pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 tersebut.
Sementara di video ketiga, pasangan Prabowo-Sandi menampilkan gambar kondisi di sejumlah wilayah Indonesia dengan latar belakang lagu Rayuan Pulau Kelapa. Jelang akhir video, terdengar suara Prabowo yang menyatakan "bersama Prabowo-Sandi Indonesia akan adil dan makmur".
Berbeda dengan pasangan capres dan cawapres nomor urut 01, porsi penampilan Prabowo dan Sandi cendurung sama dalam seluruh video yang diunggah ke akun Youtube KPU.
Kampanye terbuka Pilpres 2019 paslon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Stadion Maulana Yusuf, Serang, Banten, Minggu (24/3). (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Pakar semiotika dari Universitas Padjdjaran Kunto Adi Wibowo menilai minimnya penampilan Ma'ruf dalam video iklan kampanye sejalan dengan hasil survei sejumlah lembaga. Mayoritas pemilih pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 memilih karena faktor Jokowi, bukan Ma'ruf.
Menurut dia, kondisi tersebut berbeda dengan pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, di mana pemilihnya banyak yang memilih karena sosok Sandi.
"Itu sudah jelas, dari beberapa hasil survei orang pilih 01 itu kebanyakan karena Jokowi, jarang dari Ma'ruf. [Sementara] 02 itu cenderung pemilihnya karena Sandi, bukan Prabowo, makanya visualnya berimbang Prabowo-Sandi," kata Kunto kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (26/3).
Ia juga menyoroti video Jokowi-Ma'ruf yang mengaitkan memilih presiden sama seperti memilih figur bapak. Kata dia, narasi dalam video tersebut membawa romantisme Indonesia ke era Orde Baru.
"Video kedua, metaforanya berusaha membuat figur bapak dari Jokowi cuma problemnya 'bapakisme' itu sebuah ideologi yang kita rasakan dari zaman Suharto yang konotasi atau romantisme Orde Barunya kental," ucap dia.
Dia pun menilai Jokowi tidak menggunakan momentum pembuatan video iklan kampanye untuk menampilkan diri sebagai calon petahana. Dia mengatakan Jokowi justru tampil seperti seorang calon yang menampilkan program kerja baru.
Pengamat politik KedaiKopi itu menilai langkah tersebut dilakukan Jokowi untuk menjawab kritik masyarakat. Dia menyebut selama ini pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2019 dianggap tidak memberikan program baru.
"Enggak ada ayo lanjutkan, enggak ada narasi itu. Dia [Jokowi] tidak menggunakan keuntungan dia sebagai petahana dalam video itu. [Mungkin] karena selama ini banyak yang kritik tidak ada pembaruan dari paslon ini," ujar Kunto.
Sedangkan di kubu pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, katanya, masih sibuk dengan gagasan besar, seperti ekonomi dan lapangan kerja. Ia menilai Prabowo-Sandi tidak memberikan informasi tentang cara mewujudkan gagasan tersebut lewat video iklan kampanye.
"Narasi 02 memang begitu ekonomi dan lapangan kerja, tapi caranya bagaimana kita enggak tahu," ucap Kunto.
(
Bersambung ke halaman berikutnya... "Ma'ruf Amin Turunkan Elektabilitas")
[Gambas:Video CNN]
Pakar semiotika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Acep Iwan Saidi menilai minimnya penampilan Ma'ruf dalam video iklan kampanye berkaitan dengan nilai jual untuk meningkatkan elektabilitas jelang hari pemungutan suara.
Menurut dia, Ma'ruf memiliki kecenderungan menurunkan elektabilitas alih-alih dihadirkan untuk menambah tingkat keterpilihan pasangan capres dan cawapres nomor urut 01.
"Di Jokowi, Ma'ruf ali-alih mengisi malah mungkin menurunkan," katanya.
Kata dia, kondisi tersebut berbeda dengan pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 yang diusung empat partai politik yakni Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat.
Dia menilai Prabowo dan Sandi merupakan pasangan yang dapat saling mengisi antara satu dengan lainnya. Dia berpendapat, sumbangsih Prabowo dan Sandi untuk elektabilitas pasangannya dapat dinilai berimbang.
"Jadi ini pasangan yang tak bisa dipisahkan karena satu sama lain saling mengisi," ucap dia.
Secara umum, Acep melihat tidak ada hal yang baru dari video iklan kampanye capres-cawapres yang telah dipublikasikan oleh KPU.
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) berorasi saat kampanye terbuka di Lapangan Karebosi Makassar, Sulawesi Selatan. (ANTARA FOTO/Yusran Uccang) |
Dia menilai video iklan kampanye tersebut hanya menggambarkan apa yang telah disampaikan oleh masing-masing capres dan cawapres.
"Enggak ada yang baru, kita enggak disuguhkan hal baru secara visual. Saya tidak lihat ada eksplorasi visual yang dilakukan kedua kubu," katanya.
Lebih jauh, Acep menyoroti sebuah video Jokowi yang mengangkat tema hijrah. Tema tersebut dianggap menjadi ironis mengingat posisi Jokowi yang merupakan capres petahana.
Dia menerangkan, hijrah dalam Islam berarti berubah atau pindah dari keburukan ke arah kebaikan.
Sehingga, menurut Acep, hal tersebut dapat diartikan bahwa pemerintahan Jokowi yang telah berjalan hampir selama lima tahun ini berada dalam situasi keburukan.
"Jika begitu, pemerintahan petahana selama satu periode berjalan ini adalah keburukan. Jika hijrahnya dipahami ke kemajuan atau Indonesia maju berarti diakui bahwa sekarang ini Indonesia sedang mundur," ucap Acep.