Buntut Ulah Anarcho Syndicalism, Dua Mahasiswa Wajib Lapor

CNN Indonesia
Jumat, 03 Mei 2019 08:58 WIB
Dua mahasiswa ITS yang sempat dicap sebagai bagian dari kelompok Anarcho Syndicalism telah dilepaskan polisi. Keduanya hanya dikenakan wajib lapor.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera. (CNNIndonesia/Abi Sarwanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua mahasiswa Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya berinisial AB (22) dan RP(21) yang sempat ditangkap polisi karena diduga bagian kelompok Anarcho Syndicalism dilepas polisi. Keduanya dikenakan wajib lapor.

"Kedua pemuda yang diamankan akibat masuk ke kerumunan massa saat Hari Buruh kemarin sudah pulang dan dilakukan wajib lapor. Ternyata mereka yang tiga hanya ikut-ikutan saja," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, Kamis (2/5).

AB dan RP ditangkap polisi saat peringatan Hari Buruh di Surabaya, Rabu (1/5). Kericuhan sempat pecah saat peringatan Hari Buruh di Gedung Negara Grahadi itu. Polisi menduga kericuhan didalangi oleh kelompok gerakan Anarcho Syndicalism. AB dan RP dituduh sebagai kelompok Anarcho Syndicalism.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gerakan anarcho tersebut, kata Barung, sudah marak terjadi di luar negeri belakangan ini, seperti Australia, Prancis dan beberapa negara lainnya, bahkan hingga negara Islam, Turki.

"Anarcho ini kelompok baru tumbuh di semua negara. Mereka menginginkan kebebasan penuh tidak ada batasannya," kata Barung, di Mapolda Jatim, Kamis (2/5).

Kelompok ini kata Barung, memiliki misi untuk mendapatkan kebebasan, sebebas-bebasnya, bagi seluruh individu agar tak mentaati peraturan yang berlaku di suatu negara.

"Mereka melakukan vandalisme, merusak mencoret-coret melakukan kegiatan yang tidak teratur di publik," katanya.

Barung menyebut, sebenarnya Polri telah berhasil mendeteksi gerakan bersimbol huruf kapital A dan lingkaran, serta pakaian serba hitam itu, sebelum kegiatan May Day berlangsung.

Barung juga mengatakan, bahwa gerombolan ini sengaja melakukan aksi di kota besar seperti Bandung dan Surabaya, dengan tujuan untuk menunjukkan eksistensi bahwa kelompok anarcho telah hadir di Indonesia.

"Pertama mereka ingin sebenarnya dilakukan penangkapan dan diliput oleh media supaya menunjukkan eksistensinya bahwa di Indonesia, kelompok ini sudah ada. Bahwa kelompok ini sudah berdiri," kata dia.

Barung juga menyebut AB dan RP tercatat sebagai anggota organisasi Front Mahasiswa Nasional (FMN).
Ketua Bidang Departemen Perempuan FMN, Anindya Sabrina membantah bila kedua rekannya tersebut terlibat gerakan anarcho seperti yang ditudingkan oleh pihak kepolisian.

Anin yang pada saat kejadian juga berada di lokasi kejadian, juga menampik bahwa pakaian yang mereka kenakan dikaitkan dengan ciri penganut paham anarcho.

Ia mengaku, dirinya dan sejumlah rekannya hanya kebetulan saja memakai atribut hitam lengkap dengan penutup wajah. Hal itu, menurut Anin untuk mengantisipasi dari tindak persekusi.

"(Kami) bukan bagian dari Anarcho, soal atribut yang digunakan enggak semuanya pakai hitam-hitam. Saya juga kebetulan saja, dan sebagian teman pakai itu karena menghindari persekusi," katanya.
Anin mempertanyakan tentang aturan soal atribut yang harus dikenakan oleh para demonstran.

"Sebetulnya dalam menyampaikan pendapat ada aturan pakai atribut? apa saja? cadaran juga nggak soal kan," kata Anin.

Anin mengaku, kehadirannya dalam May Day, hanya ingin menyampaikan orasinya terkait permasalahan perburuhan, selayaknya organisasi mahasiwa yang melakukan pembelaan terhadap masyarakat lainnya.

"FMN tidak ada hubungannya sama Anarcho. Saya juga enggak tahu, karena Anarcho kan banyak pecah-pecah, kadang-kadang beda pemahaman. Saya bingung juga Anarko yang mana," katanya.
[Gambas:Video CNN] (ugo/frd/ugo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER