Jakarta, CNN Indonesia -- Poster
Bahar bin Smith berukuran sedang terpampang di lokasi
aksi Tahlil 266 di kawasan Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat. Poster itu dipajang oleh sejumlah remaja berpakaian hitam-hitam.
Salah satu remaja itu bernama Diky. Kausnya lusuh. Pun dengan sarungnya, tampak dekil seperti sudah dipakai untuk tidur di emperan jalan.
Usia Diky menginjak 19 tahun. Matanya agak memerah seperti kurang tidur. Sebatang rokok yang dibeli ketengan terselip di tangannya. Sesekali, Diky menyeruput kopi untuk menghilangkan kantuk yang tersisa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diky mengaku sebagai anggota Majelis Habib Bahar bin Smith. Bersama kawan-kawannya, Diky sengaja datang dari Serang, Banten, ke Jakarta untuk mengikuti aksi di sekitar Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat.
Mereka menyuarakan tuntutan pembebasan Bahar saat aksi siang tadi. Saat ini, Bahar masih menjalani sidang kasus dugaan penganiayaan terhadap remaja. Dia dituntut hukuman enam tahun penjara.
Diky bersama delapan kawannya tiba di Jakarta sejak Selasa siang (25/6). Seperti halnya Diky, pakaian kawan-kawannya pun tampak lusuh. Sebagian dari mereka bahkan tak memakai alas kaki.
"Ada yang dari Cikupa, Tangerang, juga" kata Diky saat ditemui di sekitar patung kuda, Jakarta, Rabu (26/6).
Diky mengaku datang dari Serang, Banten dengan menumpang mobil bak terbuka. Berkali-kali dia berganti tumpangan.
Apabila mobil yang ditumpanginya tak sesuai dengan arah yang dituju, Diky dan kawan-kawan turun, lalu menumpang mobil lain. Begitu saja seterusnya hingga tiba di Tangerang.
 Bahar bin Smith. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga) |
Dari Tangerang, setelah bertemu kawan sesama pecinta Habib Bahar, Diky melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan menumpang mobil bak terbuka.
"Kita BM (bonceng mobil) saja. Ganti-ganti terus, sampai di sini Selasa siang," ucap Diky.
Diusir dari IstiqlalSesampainya di Jakarta, Diky dan kawan kawan sempat berkeliling sekitar Monumen Nasional. Menghabiskan waktu hingga matahari terbenam, kemudian bertolak ke Masjid Istiqlal untuk menunaikan salat maghrib.
Di Istiqlal pula rombongan Diky memanfaatkan diri untuk bersih-bersih tubuh dan istirahat menghabiskan malam.
Tetapi rencana menginap di Istiqlal gagal terlaksana. Di hampir setengah malam Diky dan kawan-kawannya diminta keluar dari masjid.
Pengurus bilang masjid akan ditutup. Diky tidak bisa melawan.
Dia terpaksa tidur di emperan jalan sekitar Istiqlal. Beralaskan trotoar beratapkan langit. Beruntung, cuaca sedang bagus dan tidak hujan. "Itu jam 10 malam. Katanya masjid mau ditutup. Kita jadinya tidur di emperan jalan," kata Diky.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Masjid Istiqlal Abu Hurairah tidak membantah pihaknya melarang masyarakat tidur di bagian dalam masjid. Dia juga mengaku melihat anak-anak muda ingin tidur di bagian dalam masjid pada Selasa malam.
"Sebetulnya boleh saja tidur. Tapi yang enggak boleh yang di karpet saja. Takut
ngiler. Tapi di bagian lain boleh. Di bagian lain juga ada yang tidak boleh sebagian karena ada renovasi. Tapi intinya boleh asal tidak di karpet," kata Abu.
Diky mengaku tidak akan lama berada di Jakarta. Dia dan kawan-kawan pulang ke Serang dan Tangerang pada Rabu (26/6) sore. Diky juga tidak tahu apakah bakal kembali ke Jakarta saat Mahkamah Konstitusi membacakan putusan sengketa Pilpres 2019 pada Kamis (27/6).
"Soalnya ada haul. Jadi kita harus pulang sore nanti," kata Diky.
[Gambas:Video CNN] (bmw/wis)