Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Komandan
Tim Mawar Mayjen (Purn.) Chairawan Kadarsyah Nusyirwan melaporkan
Majalah Tempo ke Bareskrim Mabes Polri terkait pemberitaan yang dianggap merugikan dirinya.
Chairawan berkonsultasi dengan pihak kepolisian pada kehadirannya yang keempat kali hari ini. Hasilnya, polisi menyarankan Chairawan menyurati Kabareskrim terkait aduannya tersebut.
"Solusinya dari polisi, bikin surat pengaduan ke Kabareskrim, tembusan ke Kapolri," kata Chairawan di Bareskrim Mabes Polri, Senin (22/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chairawan mengatakan surat pengaduan itu nantinya ditujukan ke Kabareskrim. Setelah itu, Kabareskrim akan memutuskan apakah aduan itu bisa diproses atau tidak.
"Sekarang yang mau dibuat laporan dari saya langsung ke Kabareskrim," ujarnya.
Chairawan mengatakan selama ini tidak membaca MoU antara Kapolri dengan Dewan Pers yang isinya berhak mengajukan pidana Majalah
Tempo ke Kepolisian.
Pihak Tempo sendiri sudah memberikan hak jawab dan meminta maaf terkait hal yang dianggap merugikan Chairawan. Hak jawab diterbitkan
Tempo untuk mematuhi rekomendasi Dewan Pers.
Namun, Chairawan menyatakan akan tetap melanjutkan upaya pidana dan rencananya surat tersebut akan diserahkan pekan ini.
"Secepatnya, dua hari. Paling lambat Rabu [diserahkan]," ujarnya.
 Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Arif Zulkifli (tengah) dan Pemimpin Redaksi Koran Tempo Budi Setyarso (kanan). (CNN Indonesia/Ciputri Hutabarat) |
Sebelumnya, Pemimpin Redaksi Koran Tempo Budi Setyarso mengatakan pihaknya berharap tak ada tuntutan hukum setelah hak jawab itu diterbitkan. Dia menganggap sengketa pemberitaan itu selesai
"Mudah-mudahan setelah ini tidak ada tuntutan hukum, karena sudah ada MOU juga antara Dewan Pers dan Polri," kata saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Selasa (16/7).
Tempo, kata Budi, menganggap Dewan Pers sebagai lembaga yang paling tepat untuk menyelesaikan sengketa pemberitaan seputar pers.
Dalam kasus ini, Dewan Pers menyatakan Majalah
Tempo melanggar Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik, karena memuat opini yang menghakimi. Penulisan judul 'Tim Mawar dan Rusuh Sarinah' di Majalah Tempo edisi 22-26 Juni 2019 disebut Dewan Pers berlebihan.
Ketua Dewan Pers M. Nuh yang menandatangani surat tersebut mengatakan Tim Mawar yang terlibat penculikan aktivis 1998 itu sudah bubar.
Dalam artikel 'Bau Mawar di Jalan Thamrin', kata Nuh,
Tempo menyebutkan keterlibatan salah satu anggota Tim Mawar dalam kerusuhan 21-22 Mei 2019. Dewan Pers menilai dugaan tersebut tidak disertai data yang memadai.
Meski demikian, Pernyataan dan Penilaian Rekomendasi (PPR) Dewan Pers menyatakan kegiatan jurnalistik
Tempo dibuat secara berimbang melalui verifikasi yang mendalam dari pelbagai sumber. Keberimbangan itu, kata Dewan Pers, dilakukan melalui wawancara atau klarifikasi pihak-pihak yang diberitakan.
Pemimpin Redaksi Majalah
Tempo Arif Zulkifli tidak berkenan memberikan komentar terkait kasus ini karena dirinya termasuk anggota Dewan Pers. Dia pun mendelegasikan kepada pemimpin redaksi Koran
Tempo untuk menjelaskan kasus ini.
[Gambas:Video CNN] (sas/pmg)