Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (
KontraS) telah mengadakan acara peresmian kembali Sekolah Hak Asasi Manusia untuk Mahasiswa (
seHAMA) tahun 2019 di depan eks Kantor KontraS, Menteng, Jakarta Pusat pada Rabu (14/8) siang.
Terdapat sambutan pada awal acara dari tiga perwakilan kedutaan negara asing di Indonesia yakni Prancis, Swiss, dan Kanada yang menyatakan mendukung diselenggarakannya seHAMA.
Peresmian dilakukan dengan pemberian baju "seHAMA ke 9" dari Kepala Sekolah seHAMA kepada ketiga perwakilan kedutaan asing tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Sekolah seHAMA Fatia Maulidiyanti menyebutkan bahwa perancangan SeHAMA itu ditujukan untuk menyebarluaskan pengetahuan dan pelatihan tentang hak asasi manusia (HAM) kepada mahasiswa.
Hal tersebut termasuk agenda KontraS dalam memajukan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya nilai-nilai HAM.
KontraS pun menilai peran mahasiswa tidak sekadar sebagai agen perubahan sosial namun juga memajukan Indonesia lewat pergerakan HAM serta kegiatan sosial dan politik yang positif.
"(SeHAMA) ini diadakan sebenarnya karena kita pengen anak-anak muda yakni mahasiswa bisa jadi penggerak tidak hanya sebagai agen perubahan, tapi juga motor penggerak HAM yang positif serta sosial politik di Indonesia," Kata Fatia saat diwawancarai CNNIndonesia.com di depan eks kantor KontraS, Menteng, Rabu (14/8).
SeHAMA pertama kali dibentuk oleh KontraS pada 2009 namun penyelenggaraannya sempat terhenti pada 2016. SeHAMA kemudian diadakan kembali oleh KontraS pada tahun ini.
Fatia menyebut para mahasiswa peserta seHAMA akan diberikan pendidikan berupa materi ilmu pengetahuan dasar tentang HAM, hingga membahas isu-isu terkait HAM di Indonesia.
"Materi darinya itu dari dasar ilmu HAM, sampai terkait isu terkini tentang HAM, seperti HAM dan peristiwa pemilu, HAM dan korupsi, juga lingkungan dan HAM. banyak juga isu tentang politik dan ekonomi, serta kondisi sosial dengan HAM," Ucap Fatia.
Fatia mengatakan maksud penyusunan materi tersebut supaya para mahasiswa bisa mengembangkan diri, sekaligus kelak terlibat aktif memperjuangkan HAM di Indonesia.
Tercatat sebanyak 30 peserta yang akan ikut program seHAMA, mereka didapat setelah melalui seleksi pihak KontraS. Sebanyak 70 orang yang mendaftarkan diri sejak pembukaan pendaftaran seHAMA pada tanggal 17 Juli hingga 31 Juli 2019 lalu.
Para peserta tersebut akan melakukan bimbingan dan pelatihan di Universitas Pancasila selama dua pekan secara Intensif, dari 12 Agustus hingga 26 Agustus 2019.
"Kelas akan dimulai dari jam 9 pagi hingga jam 9 malam setiap harinya di Universitas Pancasila. Seluruh peserta akan dapat bimbingan secara intensif selama dua minggu penuh, dari tanggal 12 sampai 26 Agustus," Ujar Fatia.
Tak hanya pelatihan di kelas, Fatia menjelaskan para peserta juga akan melakukan kunjungan ke berbagai tempat untuk mengetahui lebih dalam tentang HAM di beberapa daerah.
Salah satunya, peserta akan dibawa ke Pulau Seribu untuk melakukan pengamatan secara langsung terkait permasalahan yang terjadi di lokasi, serta memberikan rekomendasi ilmu yang telah mereka pelajari. Kunjungan tersebut disebutkan Fatia akan dilakukan saat akhir pelatihan seHAMA.
"Enggak hanya belajar di kelas, tapi ada kegiatan kunjungan ke beberapa lembaga negara juga. Selain itu kita juga ada kunjungan ke NGO (lembaga non profit), dan ada live-in ke Pulau Seribu untuk mempelajari masalah termasuk isu HAM disana. Di sana, para peserta diminta memberikan rekomendasi untuk solusi permasalahannya. Kegiatan itu akan ada di akhir masa pelatihan," Ujar Fatia.
Pengajar yang akan memberikan bimbingan di seHAMA merupakan badan pekerja dari KontraS yang menggeluti bidang HAM, sosial, politik dan ekonomi.
Fatia juga menyebutkan bahwa SeHAMA akan mengundang pembicara dari akademisi, praktisi serta influencer yang akan memberikan ilmu serta membagi pengalamannya di bidang HAM.
"Soal pengajar, selain dari badan pekerja kontras kita juga mengundang akademisi, praktisi juga influencer. Di antaranya yg diketahui banyak orang mungkin seperti Robertus Robert, Ki Agus Yuliansyah, dari WALHI juga ada, Usman Hamid, juga praktisi lainnya," Katanya.
(ara/fea)