Satu Limbah Pertamina Sejuta Derita

CNN Indonesia
Senin, 02 Sep 2019 13:19 WIB
Kebocoran minyak di blok ONWJ pada 12 Juli lalu ikut memengaruhi pada kesehatan warga di pedesaan yang terdampak di pesisir Karawang, Jawa Barat.
Posko Kesehatan Pertamina di Kantor Desa Cemarajaya. Karawang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Kastini (40) merupakan seorang istri nelayan yang terpaksa ikut membantu suaminya mengumpulkan limbah minyak di pantai desa Cemara Jaya. Suaminya yang merupakan seorang nelayan tak bisa melaut karena limbah minyak yang mengotori laut Karawang hingga ke pesisir.

Kastini yang sedang bekerja mengumpulkan limbah minyak mentah dari tangannya ke sebuah karung saat CNNIndonesia.com menghampirinya. Bau limbah minyak yang pekat itu memang terasa sangat menyengat sehingga bisa saja membuat pusing jika tak kuat.

Kastini dan sejumlah orang yang bekerja mengumpulkan limbah minyak itu ke dalam karung mengaku terpaksa berjibaku di tengah terik matahari meski ada risiko persoalan kesehatan.

"Ya takut sih batuk-batuk baunya menyengat," ungkap Kastini yang suaranya serak karena batuk yang dideritanya.
Nasib Kesehatan Warga Desa di Karawang Terdampak MinyakPasir yang tercemar tumpahan minyak mentah (Oil Spill) di pesisir Pantai Pelangi, Karawang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Kastini mengaku dirinya sudah pernah mengobati keluhan kesehatan yang dialaminya pasca-insiden kebocoran minyak mentah itu ke posko kesehatan PT Pertamina yang didirikan di Balai Desa Cemara Jaya.  Desa itu merupakan salah satu desa yang paling terdampak kebocoran minyak. Oleh karena itu PT Pertamina sudah menyiapkan posko sejak awal Agustus lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah diperiksa sama dokternya tapi enggak sembuh. Disuruh berobatnya juga setiap hari," kata Kastini.

Kini, ia tetap berusaha membantu pembersihan minyak sambil terus terbatuk-batuk. Mereka bekerja di tengah terik matahari, cipratan air laut, harus menghirup bau minyak meski telah bermasker, dan membungkuk seharian. Kastini dan lainnya mencoba meringankan beban tersebut sambil sesekali bersenda gurau dengan sesamanya.

Selain Kastini, ada Gunawan (29) di desa Pusakajaya Utara. Gunawan merupakan seorang nelayan yang sudah tiga kali dalam bulan Agustus ini bergilir mengambil limbah di tengah laut menggunakan kapal nelayannya.

Gunawan mengaku sakit perut usai 3 kali melaut untuk mengambil limbah minyak mentah. Saat ditemui di rumahnya pun ia enggan berbicara banyak karena akan merasa mual jika berbicara. Hanya istrinya, Canis (28) yang banyak bicara mengenai kondisi suaminya tersebut.

"Baru datang dari perahu langsung ke rumah bilang, 'duh perut sakit'. Yang parah-parahnya itu dari hari Senin, tapi enggak muntah-muntah, cuma mual sampai buang air besar terus," ujar Canis.
Nasib Kesehatan Warga Desa di Karawang Terdampak MinyakWarga turut membersihkan pantai dari tumpahan minyak yang berasal dari sumur Pertamina. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Canis mengaku baru membawa Gunawan ke klinik pada Selasa (20/8) lalu karena harus mencari biaya pengobatannya dengan berutang ke tetangga.

"Biasalah nyari dana dulu ya ke tetangga," kata Canis.

"Kata [kata] dokter mah ya dokter di sini cuma lambung. Kan datangnya enggak ke spesialis," sambungnya.

Canis mengaku selain setelah ada kebocoran limbah minyak, dirinya tak pernah melihat kondisi suaminya seperti saat ini setelah melaut.

"Tapi waktu mau berangkat mah kalau enggak sehat dia pasti bilang. Ini enggak. Biasa-biasa saja," katanya.

Kini, sambung Canis, suaminya hanya bisa beristirahat sambil menunggu kondisi kesehatan membaik.

Secara terpisah, Muhammad (38), yang sesekali melaut ikut mencari limbah juga merasa pekerjaan itu terlalu berisiko.

"Bau minyak, panas, meleleh kalau kena kulit lecet," ungkapnya.


(ani/kid)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER