Polisi Klaim Ibu Kandung Yadi Tolak Autopsi Jenazah Anaknya

CNN Indonesia
Jumat, 04 Okt 2019 17:00 WIB
Polisii mengklaim bu kandung korban tewas saat aksi demonstrasi Maulana Suryadi alias Yadi menolak untuk dilakukan autopsi terhadap jasad anaknya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono. (CNN Indonesia/ Patricia Diah Ayu Saraswati)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyebut Maspupah, ibu kandung korban tewas saat aksi demonstrasi Maulana Suryadi alias Yadi menolak untuk dilakukan autopsi terhadap jasad anaknya.

Alasannya, karena Maspupah juga mengakui bahwa anaknya memiliki riwayat sakit sesak napas.

"Ibu kandung tidak mau diautopsi karena memang anaknya mempunyai riwayat sesak napas, ada pernyataan ditandatangani di atas materai 6000," tutur Argo saat dikonfirmasi, Jumat (4/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Argo menyampaikan bahwa ibu kandung Yadi, juga telah melihat jenazah anaknya secara langsung dan tidak melihat ada tanda kekerasan.

"Ibu kandung melihat sendiri jenazah anaknya, dan melihat tidak ada tanda tanda kekerasan apapun," ucap Argo.


Sebelumnya, Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Edi Purnomo juga membantah informasi bahwa terdapat tanda kekerasan di tubuh korban aksi demonstrasi, Maulana Suryadi alias Yadi.

"Tidak ada (tanda kekerasan pada tubuh korban)," kata Edi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (4/10).

Namun, Edi tak mengungkapkan bagaimana hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap tubuh korban. Ia hanya menyebut bahwa dari hasil pemeriksaan, korban diduga meninggal karena sesak nafas.

"Iya (karena sesak napas)," ujarnya.


Yadi (23) meninggal usai ikut demo di sekitar gedung DPR, Rabu (25/9). Sebelum berangkat berdemo, juru parkir di Tanah Abang itu meminta maaf kepada ibunya.

Keesokan harinya, Kamis (26/9) sekitar pukul 20.00 WIB, sepulang kerja Maspupah menerima kedatangan delapan orang yang mengaku polisi yang menumpang dua mobil. Mereka kemudian memperlihatkan jasad Yadi.

"Polisi ngajak makan dulu. 'Enggak ah, makasih udah kenyang'. Polisi bilang Maulana udah enggak ada, sabar ya. Saya kaget, nangis. Orang dia masih keadaan sehat [sebelum berangkat demo]," ujar Maspupah.

Ia juga sempat ke Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur untuk mengurus jasad Yadi. Saat itu, Maspupah disodorkan surat pernyataan mengenai penyebab kematian Yadi yakni akibat terkena gas air mata dan penyakit asma.

"Abis itu saya dipanggil sama polisi ke kamar, ngasih amplop buat ngurus biaya jenazah Yadi, Rp10 juta. Saya enggak banyak omong, takut," tuturnya.

Saat itu, Maspupah melihat jasad Yadi mengeluarkan darah dari telinga. Saat menanyakan hal itu ke pihak RS, petugas mengklaim itu disebabkan karena penyakit asma.

Saat dimakamkan pun menurut Maspupah, jasad Yadi masih mengeluarkan darah. Tidak ada petugas kepolisian yang hadir dalam pemakaman itu.

[Gambas:Video CNN] (dis/dal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER