Singgung Kasus Romi dan Taliban, KPK Akui Cinta Banget NU

CNN Indonesia
Jumat, 13 Des 2019 13:10 WIB
KPK mengaku tak menarget kalangan Nahdlatul Ulama ataupun ormas lain dalam penindakan dan meminta masyarakat waspada dengan framing oleh akun bot di Medsos.
Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Giri Suprapdiono meminta semua pihak mewaspadai akun bot. (Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Giri Suprapdiono mengaku pihaknya tak menargetkan kalangan Nahdlatul Ulama ataupun anggota ormas Islam lainnya dalam pemberantasan korupsi.

Ia pun mewanti-wanti soal pembingkaian yang dilakukan akun robot atau bot demi menyudutkan lembaga antirasuah.

"Saya pernah ditanya, emang KPK menargetkan orang NU? Enggaklah. KPK cinta banget NU, Muhammadiyah, dan ormas lainnya. Banyak kerja sama kami lakukan. KPK itu imparsial, independen, tidak berpihak, kecuali [berpihak pada] kebenaran dan keadilan," ujar Giri, Jumat (13/12) dikutip dari Antara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini dikatakannya terkait upaya untuk menggiring opini publik terhadap KPK lewat pembingkaian atau framing di media sosial. Misalnya, dalam penangkapan terhadap Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Keduanya diketahui merupakan warga Nahdlatul Ulama (NU).

Selain isu memusuhi NU, Giri menyebut media sosial juga diramaikan dengan framing soal radikalisme dan Taliban di internal KPK. Bentuknya, mengidentifikasi ciri-ciri fisik dan berpakaian. Upaya framing ini, kata Giri, diperkuat dengan dukungan foto.

[Gambas:Video CNN]
"Misalnya, jenggotan dibilang Taliban, padahal bisa saja dia anggota klub motor. Atau, orang abis salat Zuhur, tiba-tiba disuruh menjemput Novel Baswedan di depan kantor, lalu dijepret, masih memakai kopiah. Nah, itu dikira Taliban," ujar Giri.

Menurutnya, upaya menggiring opini publik terhadap KPK lewat media sosial ini merupakan bagian dari serangan terhadap pemberantasan korupsi. Pelakunya adalah akun-akun robot atau bot. Contoh kasus lainnyanya adalah dalam hal revisi UU KPK.

"Jadi, sekarang perang media sosial itu pakai metodologi. Perang bertujuan membuat bimbang sikap publik pada pemberantasan korupsi. Dalam rangka menggiring opini pembenaran atau justifikasi, digunakan bot-bot," ujar dia.

Salah satu upaya framing oleh akun bot itu adalah membanjiri kolom komentar pada berita media arus utama dengan tanggapan yang menyudutkan KPK.

"Kalau dibaca sekarang media arus utama pada komentarnya, misalnya ada 500 komentar yang berbicara jelek soal KPK, ada satu saja yang dukung KPK. Seakan-akan yang benar yang banyak tadi," ujar Giri.

Ia pun meminta masyarakat untuk cerdas mendeteksi akun bot. Salah satu cirinya, kata dia, memiliki ciri sejumlah angka di belakang nama akun. "Jadi, masyarakat harus lebih cerdas. Kalau namanya @Rieni7646 belum tentu @Rieni7646 itu manusia. Jangan-jangan bot itu," kata Giri.

(antara/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER