Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (
KPK) Giri Suprapdiono mengaku pihaknya tak menargetkan kalangan
Nahdlatul Ulama ataupun anggota ormas Islam lainnya dalam pemberantasan korupsi.
Ia pun mewanti-wanti soal pembingkaian yang dilakukan akun robot atau
bot demi menyudutkan lembaga antirasuah.
"Saya pernah ditanya, emang KPK menargetkan orang NU? Enggaklah. KPK cinta banget NU, Muhammadiyah, dan ormas lainnya. Banyak kerja sama kami lakukan. KPK itu imparsial, independen, tidak berpihak, kecuali [berpihak pada] kebenaran dan keadilan," ujar Giri, Jumat (13/12) dikutip dari
Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini dikatakannya terkait upaya untuk menggiring opini publik terhadap KPK lewat pembingkaian atau
framing di media sosial. Misalnya, dalam penangkapan terhadap Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Keduanya diketahui merupakan warga Nahdlatul Ulama (NU).
Selain isu memusuhi NU, Giri menyebut media sosial juga diramaikan dengan
framing soal radikalisme dan Taliban di internal KPK. Bentuknya, mengidentifikasi ciri-ciri fisik dan berpakaian. Upaya
framing ini, kata Giri, diperkuat dengan dukungan foto.
[Gambas:Video CNN]"Misalnya, jenggotan dibilang Taliban, padahal bisa saja dia anggota klub motor. Atau, orang abis salat Zuhur, tiba-tiba disuruh menjemput Novel Baswedan di depan kantor, lalu
dijepret, masih memakai kopiah. Nah, itu dikira Taliban," ujar Giri.
Menurutnya, upaya menggiring opini publik terhadap KPK lewat media sosial ini merupakan bagian dari serangan terhadap pemberantasan korupsi. Pelakunya adalah akun-akun robot atau bot. Contoh kasus lainnyanya adalah dalam hal revisi UU KPK.
"Jadi, sekarang perang media sosial itu pakai metodologi. Perang bertujuan membuat bimbang sikap publik pada pemberantasan korupsi. Dalam rangka menggiring opini pembenaran atau justifikasi, digunakan
bot-bot," ujar dia.
Salah satu upaya
framing oleh akun
bot itu adalah membanjiri kolom komentar pada berita media arus utama dengan tanggapan yang menyudutkan KPK.
"Kalau dibaca sekarang media arus utama pada komentarnya, misalnya ada 500 komentar yang berbicara jelek soal KPK, ada satu saja yang dukung KPK. Seakan-akan yang benar yang banyak tadi," ujar Giri.
Ia pun meminta masyarakat untuk cerdas mendeteksi akun bot. Salah satu cirinya, kata dia, memiliki ciri sejumlah angka di belakang nama akun. "Jadi, masyarakat harus lebih cerdas. Kalau namanya @Rieni7646 belum tentu @Rieni7646 itu manusia. Jangan-jangan bot itu," kata Giri.
(antara/arh)