Jakarta, CNN Indonesia --
Banjir yang datang tiba-tiba pada Selasa (25/2) dini hari, membuat Wati (68) terjaga dari lelap di rumahnya, Kompleks Harapan Baru 2, Kelurahan Kota Baru, Kota Bekasi, Jawa Barat. Saat Wati terbangun, ketinggian air belum membahayakan, namun ia tak mau ambil risiko.
Wati yang tinggal sendiri di rumahnya, memilih keluar menembus udara dingin dan hujan rintik untuk mengungsi ke rumah adiknya di Perumahan Titian Indah. Dia ingat betul harus berjalan kaki lebih dari dua jam di pagi buta itu. Yang dibawa Wati sekadar baju. Perabotan rumah tak dihiraukan.
"Kira dari pukul 3 sampe setengah 6 jalan. Ujan," kata Wati mengingat kejadian Selasa dini hari dengan suara terisak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CNNIndonesia.com menemui Wati di depan rumahnya, Kamis (27/2) lalu, setelah dua hari mengungsi di rumah sang adik.
Rambut Wati kusut. Matanya nanar menatap perabotan rumah yang rusak akibat terendam air dan lumpur selama dua hari.
"Ranjang nggak bisa. Sofa. Kulkas pada nih liat aja noh. Pada kebalik. Noh liat nggak bisa ngangkat saya. Sendirian," kata Wati.
 Wati, 68 tahun, warga Perumahan Harapan Baru 2, Kelurahan Kota Baru, Kota Bekasi, Jawa Barat, yang terendam banjir pada Selasa (25/2). (CNN Indonesia/Thohirin) |
Berkali-kali ia mengeluh lantaran tak bisa mengangkat perabotan rumahnya yang ludes karena banjir. Sementara para tetangga Wati sibuk membersihkan lumpur sisa banjir di area rumahnya masing-masing.
Saat banjir melanda kawasan itu, Selasa hingga Rabu (26/2), ketinggian air mencapai hingga 60 sentimeter. Satu remaja berusia 15 tahun tewas akibat terbawa arus sungai yang meluap saat banjir.
Menurut Wati, daerah rumahnya sekarang langganan banjir. Rumah Wati persis berhadapan dengan kali yang biasa menerima kiriman air dari Sungai Cikeas-Cileungsi saat musim hujan.
Wati pun mulai berencana menjual rumahnya dan mencari hunian baru yang aman dari banjir. Wati juga berharap ada uluran tangan dari pemerintah saat terjadi banjir.
Selama ini ia mengaku kesusahan saat banjir datang. Wati mengaku belum pernah mendapat atau menerima bantuan saat banjir.
"Lihat aja kulkas saya yang gede udah rusak. Nggak bisa dibawa. Sendirian abis gimana?" Katanya.
Sekitar 200 meter dari rumah Wati, Edi (37) baru saja makan siang usai membersihkan rumahnya dari lumpur sisa banjir. Edi makan siang ditemani Istri dan satu anaknya yang masih balita.
Rumah Edi turut terendam banjir pada Selasa lalu. Walhasil, ia, istri dan satu anaknya harus mengungsi ke rumah saudaranya di Kalibaru yang berjarak sekitar 15 menit bersepeda motor.
Selama tiga hari sejak banjir ia terpaksa tidak berjualan. Edi adalah pedagang rujak yang biasa berjualan di gapura masuk Perumahan Harapan Baru 2, Kota Bekasi.
Edi mengatakan dua kali banjir yang merendam rumahnya merupakan musibah. Ia pun tak mau berharap banyak pada pemerintah selain bantuan makan dan air bersih.
"Nggak berani. Namanya udah musibah. Kedua mungkin pemerintah juga udah berusaha. Akhirnya kita pikir namanya musibah," kata Edi.
Banjir juga merendam kompleks Perumahan Vila Nusa Indah 1, Kecamatan Gunung Putri. Sisa-sisa banjir masih terlihat di sudut perumahan pada Kamis lalu. Mulai dari karung-karung tanggul yang menumpuk, hingga sampah dan lumpur yang belum sepenuhnya dibersihkan warga.
Aktivitas warga sehari setelah banjir surut tampak normal. Rudi Jumi, petugas keamanan kompleks, sedang rebah di posnya siang itu. Ia mengenakan seragam kaos lengan panjang oranye.
Usianya menginjak 60 tahun. Namun sisa-sisa masa muda Rudi masih tersisa lewat kunciran rambutnya yang menjuntai.
"Keahlian saya dulu meracik minuman. Bartender," kata Rudi dengan suara serak-serak basah.
"Minuman luar semua yang saya racik. Minuman Indonesia enggak bisa diracik," kata dia lagi.
Rudi adalah warga RT 7 RW 14, Vila Nusa Indah 1, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. Selama dua kali banjir besar tahun ini, rumahnya ikut terendam.
Pada Selasa (25/2) lalu, ketinggian banjir di rumahnya sekitar 60 sentimeter. Sementara pada awal Januari lalu, ketinggian air lebih dari 2 meter.
 Rudi (60), security di Perumahan Vila Nusa Indah 1, Gunung Putri, Kab. Bogor, merasa daerahnya tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah saat diterjang bencana banjir. (CNN Indonesia / Thohirin) |
Banjir pekan lalu tak pernah ia duga sebelumnya. Imbasnya, properti dan perkakas elektronik di rumah Rudi rusak akibat terjangan air. Komputer, kulkas, televisi hingga sofa dan kasur tak lagi bisa dipakai.
"Pakaian sih udah nggak bisa ketekel dah udah. Nggak bisa dibawa. Nggak sempet," katanya.
Menurut Rudi, banjir di Vila Nusa Indah 1 disebabkan oleh luapan air sungai Cikeas dan Cileungsi yang berjarak tak lebih dari 100 meter dari situ. Lokasi perumahan, katanya, berada di antara pertemuan kedua aliran sungai itu.
Meski kawasan perumahannya langganan banjir, Rudi tak khawatir. Ia hanya menyesali sikap pemerintah yang tidak responsif. Sebagai warga, ia berharap pemerintah sesekali menengok kawasan perumahannya yang terletak di ujung Timur Kabupaten Bogor.
[Gambas:Video CNN]Harapannya tak tak terpenuhi saat banjir terjadi pekan lalu dan pekan-pekan sebelumnya. Rudi pun merasa tak diindahkan. Padahal, kata dia, Perumahan Pondok Gede Permai yang berbatasan langsung dengan Vila Nusa Indah kerap didatangi para pejabat daerah hingga pusat.
"Harusnya dateng ke sini gitu loh. Istilahnya anggap aja silaturahim gitu kan. Nih, saya selama ini belum pernah lihat bupati ke sini," katanya.
Banjir yang merendam sebagian wilayah Jabodetabek dan Karawang pada Selasa hingga Rabu lalu, adalah banjir terbesar kedua yang terjadi dalam kurun dua bulan sejak 2020.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Kamis (27/2), mencatat lebih dari 45 ribu warga dari 12.608 KK mengungsi akibat banjir di Jabodetabek. Ada 9 orang dinyatakan meninggal.
Korban meninggal tersebar di beberapa titik, yakni Kota Bekasi, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Tangerang Selatan. Totalnya, sebanyak 119.268 jiwa dari 44.579 KK terdampak banjir di Jabodetabek dan Karawang.
Ketika sebagian warga di Jawa Barat berjibaku menghadapi banjir, Gubernur Ridwan Kamil berada di Australia melaksanakan kunjungan kerja.
Salah satu agenda kunjungan Ridwan Kamil adalah meresmikan Jabarino Cafe di Victoria, Melbourne. Emil, sapaan Ridwan Kamil, mendapat kritik pedas dari sebagian warga dan wakil rakyat.
"Memang kan orang tidak tahu kapan akan terjadi bencana. Tetapi ketika ada bencana harapan kita sosok pemimpin di Jawa Barat itu hadir di tempat bencana, hadir tatkala rakyat susah," kata anggota DPRD Jabar Irfan Suryanagara saat dihubungi, Rabu lalu.
Ridwan Kamil menangkis kritik. Dia bilang Jawa Barat punya hierarki pemerintahan yang berbeda dengan DKI Jakarta. Jabar, katanya, punya wali kota dan bupati yang bertanggung jawab atas daerah mereka.
Hal itu dikatakan Emil pada Rabu malam. Kenyataannya, hingga Kamis atau hari kedua banjir, tak ada satu pun kepala daerah menyambangi Perumahan Vila Nusa Indah.
Pangihutan Hutasuhut (57), warga Perumahan Vila Nusa Indah 1, sedang menatap layar handphone di dalam warung kecilnya ketika
CNNIndonesia.com menyapa.
Warung kecil itu nyaris tanpa makanan atau barang apapun untuk dijual. Hanya tergantung beberapa minuman saset siap seduh.
Ucok, sapaan Pangihutan, mengaku sedikit lebih beruntung karena pada Selasa (25/2) lalu, banjir hanya sampai depan rumahnya. Namun ia berharap pemerintah bisa menaikkan tinggi tanggul dekat sungai rumahnya, mengantisipasi sewaktu-waktu air kembali meluap.
 Ucok (57), pemilik warung kelontong di Perumahan Vila Nusa Indah 2, Gunung Putri, Kab. Bogor. (CNN Indonesia/Thohirin) |
Dia pun sadar kawasan rumahnya yang berada di pinggiran, menjadi penyebab perhatian pemerintah kurang. Bahkan ketika banjir sama-sama merendam kawasan perumahan lain di Bekasi, yang langsung berbatasan dengan Vila Nusa Indah.
"Bekasi juga Jawa Barat. Ke Bekasi dia datang, ke sini nggak," katanya.
Perhatian pemerintah yang kurang membuat Ucok setuju wacana kawasan Gunung Putri memiliki pusat pemerintahan sendiri. Misalnya jadi Kabupaten Bogor Timur.
Menurut Ucok hal itu bisa memudahkan urusan administrasi warga. "Kalau ini jadi Bogor Timur kita mungkin dekat. Entah di mana. Pemerintahannya dekat," kata Ucok.
Kota Depok menjadi wilayah paling aman saat banjir besar pada Selasa lalu. Berapa titik kawasan yang sempat terendam banjir pada awal Januari lalu, kini hilang tak berbekas.
Salah satunya Jalan Rawa Denok, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas. Berdasarkan penuturan warga banjir tak terjadi, Selasa lalu. Padahal, pada Januari, ketinggian banjir sempat mencapai 50-60 sentimeter di kawasan itu.