Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Wali Kota (Wawalkot) Tangerang Selatan (
Tangsel) Benyamin Davnie menyebut tingginya kasus positif
Covid-19 di wilayahnya disebabkan masyarakat tak mematuhi imbauan pemerintah.
Menurut Benyamin warga masih berkeliaran di luar rumah padahal pemerintah telah mengimbau agar mengurangi aktivitas seiring peningkatan pelayanan kesehatan di Tangsel.
"Ya memang kondisinya kayak begitu. Lihat aja di jalan masih
rame," kata Benyamin lewat sambungan telepon kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (8/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Benyamin hingga kini banyak warga Tangsel, bahkan yang statusnya Pasien dalam Pengawasan (PDP) atau Orang dalam Pemantauan (ODP), tetap berkeliaran. Akibatnya, kata dia, mereka secara tidak sadar telah menularkan virus corona ke orang lain.
Kata Benyamin hal itu pula yang kini menjadi salah satu alasan Pemkot Tangsel mengajukan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Mereka enggak
nyadar mereka ada virus. Tapi mereka keliaran, main ke mana-mana. Mereka batuk sekali-sekali, orang tanpa gejala itu loh," katanya.
"Kalau masyarakat patuh tidak perlu
sampe kepada PSBB," ujarnya.
Tangsel kini tercatat sebagai wilayah dengan angka kasus positif Covid-19 tertinggi di Provinsi Banten dengan 60 kasus positif per Rabu (8/4). Tangsel berada di atas Kota Tangerang dengan 54 kasus positif dan Kabupaten Tangerang dengan 37 kasus positif.
Walau angka kasus tertinggi, angka kesembuhan di Tangsel paling rendah dibanding dua wilayah yang menjadi episentrum penyebaran Covid-19 di Banten. Data terakhir mencatat jumlah pasien sembuh di Tangsel berjumlah dua kasus.
Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany mengatakan telah mengirim surat ke Pemprov Banten untuk menerapkan PSBB di Tangsel. Ia juga mengaku pihaknya sudah melakukan kajian dan analisis untuk mengantisipasi dampak dari penerapan itu.
"Sekarang kami menunggu arahan dari provinsi. Analisa di tingkat kota sudah kita laksanakan jika PSBB ini dijalankan," ujarnya.
(thr/fea)
[Gambas:Video CNN]