Bogor, CNN Indonesia -- Stasiun Bogor masih ramai pengguna kereta rel listrik (
KRL) pada hari pertama pembatasan sosial berskala besar (
PSBB) di Bogor, Rabu (15/4). Meksipun, tak seramai dua hari sebelumnya.
Berdasarkan pantauan
CNNIndonesia.com di lokasi sekitar pukul 09.49 WIB, tak terlihat antrean panjang pengguna KRL sebelum pintu tap in atau gerbang masuk, maupun di loket dan mesin tiket.
Petugas bermasker tampak hanya memeriksa satu-dua calon penumpang dengan menggunakan thermal gun. Kursi tunggu di lobi stasiun pun tak penuh. Selain itu, ada tanda silang untuk jeda dua kursi sebagai bentuk
social distancing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu lintas di depan stasiun pun lebih lengang dari biasanya. Jalanan didominasi oleh angkot berwarna hijau yang tengah menunggu penumpang. Selain itu, masih tampak kendaraan pribadi yang melintas.
Namun demikian, petugas di stasiun menyebut jumlah penumpang lebih ramai pada pagi hari.
 Jalan di depan Stasiun Bogor didominasi oleh angkot di hari pertama PSBB. ( CNN Indonesia/Yoko Sari) |
Dikutip dari
Antara, kondisi pada pagi hari memperlihatkan antrean penumpang yang hendak naik dan turun kereta. Pengguna KRL yang mengarah ke Jakarta jumlahnya hampir sebanding dengan pengguna KRL yang mengarah ke Bogor.
Operasional KRL juga masih normal dengan jadwal keberangkatan memiliki jeda sekitar 5-10 menit. Hari ini, keberangkatan perdana dari Stasiun Bogor adalah pukul 04.42 WIB.
Salah satu penumpang, Meldrick Richardson (29), mengaku tetap menggunakan KRL untuk menuju tempat kerjanya di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, karena masih yang paling efektif.
"Selama masih beroperasi, KRL jadi pilihan, karena kalau naik motor dari Bogor ke Jakarta jarak tempuhnya lumayan jauh," ujar dia.
Diketahui, kepadatan penumpang terjadi di Stasiun Bogor terutama pada Senin (13/4) dan Selasa (14/4). Antrean ke pintu masuk mengular. Gerbong pun dipenuhi manusia seolah tanpa ada jarak sosial seperti saat sebelum pandemi Corona.
Masih RibuanWakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menyebut jumlah penumpang KRL dari Stasiun Bogor pada Selasa mencapai 110 ribu orang, dari sebelumnya 280 ribu pada hari biasa.
 Kepadatan di dalam gerbong KRL pada Senin (13/4). (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono) |
"Biasanya 280 ribu [penumpang], kemarin tercatat cuma 110 ribu. Meskipun masih tinggi, tapi sudah ada langkah-langkah," ujarnya usai meninjau penerapan PSBB bersama Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi dan Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto di Stasiun Bogor, Rabu pagi.
Dedie berharap PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) segera mengambil langkah untuk mendukung pengetatan PSBB.
"Kemudian juga terkait permintaan lima kepala daerah, paling tidak menjadi perhatian dulu untuk PT KCI dan PT KAI untuk lebih mengetatkan pelaksanaan PSBB," kata mantan direktur di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.
Ia khawatir masih beroperasinya KRL akan membuat penerapan PSBB di sebagian wilayah Jawa Barat tidak berjalan maksimal. Padahal pemerintah sudah menggelontorkan dana besar-besaran untuk PSBB maupun sejumlah program penanganan pandemi Covid-19.
"Jangan sampai sia-sia, Pak Gubernur sudah menggelontorkan uang ratusan miliar, Pemkot menggelontorkan puluhan miliar, Pak Jokowi menggelontorkan triliunan, nanti sia-sia semua," katanya.
"Kalau PSBB-nya tidak tercapai, diulang lagi diulang lagi, keuangan negara juga saya pikir tidak mungkin sekuat itu," tutur Dedie.
[Gambas:Video CNN]Sebelumnya, PT KCI belum memutuskan usulan kepala daerah dari lima wilayah, yaitu Wakil Wali Kota Bogor, Wali Kota Depok, Wali Kota Bekasi, Bupati Bogor dan Bupati Bekasi, untuk menghentikan sementara operasional layanan KRL milik KCI. Pihak operator hanya menyebut akan mengikuti atura teknis soal PSBB dari pemda.
(yns/arh)